Ini Cara Teroris Al-Shabaab Pisahkan Mahasiswa Kristen dari Muslim untuk Dibunuh
NAIROBI, SATUHARAPAN.COM – Presiden Kenya, Uhuru Kenyatta, mengatakan bahwa kekuatan kebencian dan kekerasan tidak akan pernah menang. Dia mengatakan hal itu berkaitan dengan serangan oleh kelompok teroris terkait Al-Qaeda, Al-Shabaab pada hari Sabtu (4/4) di Universitas Garissa di Nairobi yang membunuh 150 orang.
Kenyyata menyerukan warganya untuk mengingat bahwa kekuasaan Tuhan melampaui kekuatan kejahatan. Sementara itu, negara itu berkabung dan tengah memakamkan mereka yang menjadi korban.
Presiden Uhuru Kenyatta, seperti dikutip Christian Examiner, mengatakan Kenya akan mengalami situasi "penuh dengan penderitaan dan kemarahan yang besar," namun dia meminta warganya untuk mengingat pesan Paskah yang baru saja diperingati.
"Keluarga dan komunitas yang tejatuh harus mencari penghiburan dengan mengingat bahwa setelah kejahatan dalam penyaaliban pada hari Jumat (Agung), dan ketika Iblis berpikir bahwa dia telah menang, harapan datang pada hari Minggu. Seperti itu kita mengenang orang-orang yang jatuh di Garissa, kita menyadari bahwa kebangkitan Yesus menunjukkan bahwa kekuatan kebencian dan kekerasan tidak akan pernah menang. Kita akan menang," kata Kenyatta.
Ditembak di Tempat
Sekitar 83 persen penduduk Kenya mengidentifikasi diri mereka sebagai umat Kristen, dan sekitar 11 persen penduduk adalah Muslim. Warga Kristen dan Muslim ada di antara sebanyak 887 mahasiswa di Universitas Garissa.
Mereka yang selamat dari serangan itu mengatakan bahwa hanya orang Kristen yang dipilih untuk eksekusi oleh para penyerang. Collins Wetangula, wakil ketua serikat mahasiswa, mengatakan kepada Associated Press bahwa dia sedang bersiap untuk mandi ketika mendengar suara tembakan dari asrama, berada sedikir lebih jauh dari panjang lapangan sepak bola. Di asrama, dia mendengar kelompok teroris itu membuka pintu dan meminta para mahasiswa keluar dan mengatakan apakah mereka Kristen atau Muslim.
"Jika Anda seorang Kristen, Anda ditembak di tempat. Dengan mendengar setiap letusan pistol saya pikir saya akan mati," kata Wetangula. Dia dan tiga teman sekamarnya tetap tenang dan terkunci di kamar mereka selama pembantaian.
Militan Al-Shabaab bersenjata juga meminta mahasiswi keluar dari kamar asrama mereka, dan beberapa saat sebelum siswa "dibantai dengan peluru seperti binatang," kata mahasiswa lain yang selamat dari serangan kepada sebuah surat kabat Kenya.
Francis Gicobi, mahasiswa tahun kedua di universitas itu, mengatakan kepada surat kabar Kenya’s Standard bahwa dia dibangunkan oleh tembakan sekitar pukul 05:00. Dia turun dari lantai dua asrama untuk melarikan diri, tetapi tidak jadi karena melihat teroris menembak mahasiswa di bawah dari lantai tiga asrama itu. Gicobi mengatakan gadis-gadis itu terpancing untuk kematian mereka dengan kebohongan.
"Jika Anda tidak ingin mati, datang keluar. Menurut agama kita, kita tidak membunuh anak perempuan. Berjalanlah menuruni tangga ke tingkat dasar atau pilihan lain menelepon ayah Anda untuk datang dan menyelamatkan Anda," kata Gicobi menirukan apa yang diteriakkan teroris.
Pesan untuk Presiden
Gicobi mengatakan hal yang sama dengan yang diungkapkan mahasiswa lain, Helen Titus, yang mengatakanbahwa teroris itu sangat terorganisasi dengan baik dan memiliki pengetahuan tentang mana mahasiswa Kristen di kampus itu yang akan menghadiri pertemuan doa.
"Mereka menyelidiki daerah kami. Mereka tahu segalanya," kata Titus kepada The Associated Press (AP). Titus terluka dalam serangan itu dan mengatakan bahwa dia mengolesi diri dengan darah temannya di wajahnya untuk membuat penyerang menganggapnya sudah mati.
Fred Kaskon Musinai yang kehilangan putrinya, Elizabeth, di antara mereka yang meninggal, menerima telepon dari putrinya selama serangan. Elizabeth meminta ibunya untuk berdoa untuknya, menurut AP. Elizabeth mengatakan bahwa dia tidak tahu apakah dia akan bertahan hidup.
Pada pukul 01:00, dia menerima panggilan lain, kali ini dari kelompok Islam yang telah merebut universitas di Kenya timur itu, kurang dari 100 kilometer dari perbatasan dengan Somalia. Mereka mengatakan kepada Musinai bahwa dia harus menghubungi Presiden Kenya dan mengatakan padanya untuk menarik pasukannya dari Somalia dan meninggalkan Al-Shabaab. Dua menit kemudian mereka ditelepon kembali.
Ketika Musinai mengatakan kepada mereka presiden belum bisa dihubungi, para teroris mengeksekusi putrinya. Musinai menghubungi telepon putrinya lagi, dan hanya diberitahu bahwa "dia sekarang bersama Tuhannya."
Paling Mematikan
Jumlah korban tewas dalam serangan di Universitas Garissa adalah yang paling mematikan sejak pemboman terhadap Kedutaan Besar Amerika Serikat di Nairobi pada tahun 1998, yang membunuh 148 orang.
Selain korban tewas. sebanyak 30 mahasiswa dilaporkan masih hilang, menurut berita News24, Kenya. Para mahasiswa yang hilang tidak ditemukan di antara jenazah korban yang belum teridentifikasi dan keluarganya belum dihubungi.
Ada kekhawatiran bahwa mereka ditahan oleh teroris Al-Shabaab, yang memiliki sejarah banyak melakukan penculikan pada korban untuk mendapatkan uang tebusan atau kerja paksa.
Ada empat anggota teroris yang mengambil bagian dalam serangan ke universitas itu yang terbunuh dalam pengepungan selama 13 jam oleh polisi Kenya dan tentara. Jenazah mereka ditampilkan pada penduduk setempat. Di antara teroris yang meninggal ada anak dari seorang pejabat pemerintah, seperti pernyataan oleh Kementerian Dalam Negeri Kenya.
Menurut pernyataan itu, Abdirahim Abdullahi, dari salah satu etnis Somalia, telah dilaporkan hilang oleh ayahnya tahun lalu. Ayahnya, Abdullahi, seorang kepala di daerah utara Mandera, melaporkan bahwa anaknya, pernah menjadi mahasiswa fakultas hukum di universitas terkemuka di Nairobi, telah bergabung dengan Al-Shabaab. Sejak serangan itu, 14 tersangka lain telah ditangkap.
Teroris Somalia
Al-Shabaab beberapa kali menyerukan agar pasukan Kenya meninggalkan Somalia, di mana mereka telah berjuang sebagai afiliasi teroris Al-Qaeda sejak 2011. Para pemimpin Kenya mengatakan bahwa kehadiran pasukan mereka di sana telah mengurangi kemampuan teroris untuk merencanakan dan melaksanakan serangan.
Al-Shabaab meningkatkan serangan terhadap warga di wilayah Kenya selama dua tahun terakhir, mengakibatkan kematian lebih dari 400 warga Kenya, sebagian besar dari mereka adalah warga umat Kristen.
Serangan itu terjadi pada 24 September 2013, ketika teroris Al-Shabaab menyerang sebuah pusat perbelanjaan di Nairobi. Saksi mata mengatakan kelompok ini menargetkan warga asing untuk dibunuh, tetapi juga menyerang warga Kenya asli yang Kristen. Mereka yang menjawab "ya" (sebagai orang Kristen) di antara 67 orang yang meninggal.
Pada 5 Juli 2014, Enos Nambafu Weswah, Ketua Sekolah Tinggi Teologi Gereja Baptis Kenya, termasuk di antara 28 orang yang dibunuh ketika teroris Al-Shabaab menyerang kota Mpeketoni, di mana Weswah tengah mengunjunginya. Serangan itu adalah yang kedua di kota itu. Sebuah serangan pada bulan Juni diklaim membunuh 60 orang korban.
Pada 7 Juli 2014, dua orang Kristen dibunuh setelah gereja tempat mereka bersembunyi dibakar oleh teroris dari Hindi. Mereka baru saja menghadiri studi Alkitab.
Al-Shabaab juga menculik empat orang di dekat Pulau Lamu, di lepas pantai Kenya, pada 24 Agustus 2014. Tiga dari omereka itu Muslim dan dilepaskan. Orang keempat, seorang Kristen, dipenggal kepalanya.
Pada 22 November 2014, teroris itu membunuh 28 penumpang bus yang mereka diidentifikasi sebagai orang Kristen. Sementara penumpang Muslim dibiarkantetap hidup.
Pada 2 Desember 2014, Al-Shabaab menyerang pekerja di sebuah tambang dekat Mandera. Pekerja Kristen dan Muslim dipisahkan sebelum akhirnya 36 orang Kristen dibunuh.
Pemisahan Agama
Dalam ibadah Paskah pada hari Minggu (5/4) di Katedral Anglikan, All Saint, di Nairobi, Uskup Agung Kenya, Elius Wabukala, mengakui ada kemungkinan serangan lain dilakukan pada masa yang akan datang.
Wabukala mendesak umat untuk melaporkan aktivitas yang mencurigakan kepada polisi. Dia juga meminta para pemimpin Muslim untuk mengubah perlintasan Islam di Kenya dan Somalia, kata surat kabar Kenya, Daily Nation, melaporkan.
"Ada kebutuhan untuk para pemimpin agama dalam iman Islam untuk memeriksa kembali ajaran, sehingga mereka dapat membantu kami dalam membina orang-orang muda yang baik yang bisa menghargai kehidupan, orang-orang yang dapat bekerja sama seperti iman kita mengajarkan kita untuk mencintai satu sama lain dan bekerja sama," kata Wabukala.
Beberapa pemimpin Muslim moderat di Kenya telah mengutuk serangan terhadap mahasiswa itu. Ibrahim Lethone, pemimpin masjid terbesar di Kenya, mengatakan kepada wartawan dalam konferensi pers setelah serangan itu. Dia dan pemimpin Muslim lainnya "mengutuk serangan dalam pernyataan yang paling keras."
"Kita tahu niat para teroris, atau siapa pun yang ada di balik insiden di Garissa, adalah untuk mememcah belah Kenya dengan garis agama. Kami ingin menyerukan semua warga Kenya, untuk cinta damai bagi Kenya dan semua di seluruh dunia. kita harus berdiri bersama-sama dan mengalahkan niat orang-orang yang ingin menggunakan teror untuk memecah belah negara kita," kata Lethone.
Bukan Islamis
Kenya Sekretaris Kabinet untuk Urusan Luar Negeri kenya, Amina Mohamedjuga mengatakan bahwa para penyerang itu "tidak Islamis."
"Mereka adalah penjahat, semata-mata jahat, yang perlu dituduh dan diungkapkan seperti itu," katanya. "Setiap kali kita memberi mereka sedikit saja kehormatan, maka kita mengalahkan tujuan kita sendiri. Jadi jangan menyebut mereka 'Islamis'. Mereka tidak Islamis. "
Menurut situs globalsecurity.org, sebuah kelompok yang memonitor militansi Islam, Al-Shabaab mungkin memiliki sebanyak 7.000 pejuang yang beroperasi di perbatasan Kenya. Disebutkan banyak pemimpin senior kelompok ini dilatih dengan berperang bersama Taliban di Afghanistan.
Para pengawas keamanan juga mengklaim bahwa kelompok teroris Al-Shabaab mungkin menawaran untuk menghibur diri dengan bergabung pada Negara Islam atau Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). (Christian Examiner)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...