Iran Cari Investor Rp 344 Triliun ke Perusahaan Energi
TEHERAN, SATUHARAPAN.COM – Iran sedang berusaha untuk mencari investasi sebesar USD 25 miliar atau sekitar Rp 344 triliun ke beberapa investor asing pada hari Sabtu (28/11) sebagai bagian dari persyaratan baru yang telah diputuskan oleh pemerintah dalam perjanjian nuklir Iran.
Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh membuka konferensi yang berlangsung selama dua hari di Teheran yang dihadiri oleh BP, Shell, Total dari Prancis, ENI dari Italia, Repsol dari Spanyol, OMV dari Austria dan beberapa perusahaan minyak dan gas dari negara-negara lainnya.
Investasi yang baru ini merupakan bagian dari penghapusan sanksi terkait dengan kesepakatan nuklir antara Iran dan enam kekuatan dunia yang rencananya akan dihapus pada awal 2016.
Kontrak Petroleum Iran yang baru ini akan menggantikan perjanjian ‘pembelian kembali’ di mana perusahaan asing telah membayar harga minyak dan gas yang telah ditetapkan yang membuat Iran mengeksploitasi tambang nuklir tersebut. Pada saat itu, Iran mengambil alih produksi nuklir.
Para pejabat mengatakan kontrak yang baru ini akan meluncurkan usaha patungan untuk produksi minyak mentah dan gas dengan perusahaan-perusahaan internasional yang nantinya akan dibayar dengan saham dari total produksi.
Untuk bekerja sama dengan Iran, perusahaan asing tersebut harus memiliki saham mayoritas minimal 51 persen.
Zanganeh mengatakan konsultasi dengan perusahaan-perusahaan internasional ke dalam kontrak yang baru yang diperkirakan dapat selesai dua tahun, diperpanjang menjadi empat tahun.
Iran akan memiliki waktu lima atau tujuh tahun untuk membayar kembali jumlah awal dana yang diinvestasikan oleh perusahaan asing ketika produksi minyak dan gas itu dimulai, tapi kerja sama dan pembangunan di bidang komersial bisa terus berlanjut hingga 25 tahun mendatang, kata para pejabat.
“Contoh kontrak yang diperkenalkan hari ini mungkin tidaklah sempurna atau ideal, tetapi contoh ini adalah yang paling efektif dan responsif bagi kedua belah pihak,” kata Zanganeh, menambahkan bahwa investasi sebesar USD 25 miliar itu akan dicatat sebagai suatu keberhasilan.
“Seperti karya yang dihasilkan oleh manusia lainnya, mungkin perlu adanya perubahan dan pengembangan,” kata dia.
Iran memiliki produksi minyak terbesar keempat dan cadangan gas terbesar kedua di dunia, tetapi industri energi telah berkembang sejak Revolusi Islam tahun 1979.
Dalam pertemuan tersebut tidak terlihat perusahaan minyak dan gas dari Amerika. Ketika ditanya, Zanganeh mengatakan mungkin perusahaan Amerika masih menarik diri karena sanksi nuklir Iran masih berlaku.
“Suasana dan iklim di Iran sudah siap untuk kehadiran perusahaan-perusahaan ini untuk mengembangkan industri minyak di Iran tetapi mereka memiliki alasan sendiri untuk datang ke Iran,” kata dia.
Pada bulan Februari 2016 mendatang, Iran dijadwalkan akan mengadakan konferensi di London mengenai investasi dan kontrak baru di mana jika sanksi nuklir tersebut telah dihapus akan dapat menarik perusahaan energi raksasa AS untuk berinvestasi di Iran.
AS dan Uni Eropa telah mengembargo Iran atas program nuklir Iran pada tahun 2012 lalu yang berimbas pada rusaknya iklim investasi di industri energi dan pendapatan Teheran. Saat itu, Iran menyangkalnya yang kemudian diperparah dengan tuduhan mereka sedang mengembangkan pembuatan bom.
Stephane Michel, Presiden Pengembangan dan Produksi dari perusahaan Total yang bertugas di Timur Tengah dan Afrika Utara menjelaskan kontrak baru dan proyek yang ditawarkan oleh Iran ini merupakan ‘tonggak penting’ bagi Iran tetapi dia juga mengatakan perlu analisis lebih lanjut sebelum mencapai kesepakatan apapun.
Saat ini, Iran memproduksi sekitar 2,8 juta barel minyak per hari. Bila dibandingkan pada tahun 2011, Iran pernah menghasilkan minyak hingga 4 juta barel per hari, menyusul tekanan AS dan negara Barat lainnya dengan membujuk negara lain untuk tidak membeli minyak dari Iran sehingga membuat produksi minyak Iran menjadi turun.
Bagaimanapun, kesepakatan nuklir telah membuka jalan bagi Iran untuk kembali berjaya dengan produksi minyaknya dan menjalin kerja sama dengan 152 perusahaan internasional bersama dengan 183 perusahaan minyak dan gas di Iran.
Meskipun harga minyak mentah sedang rendah, Iran berniat merebut kembali pangsa pasar yang hilang dan telah berjanji untuk meningkatkan pendapatan dengan 500.000 barel minyak per hari setelah sanksi itu dicabut. (middleeasteye.net)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...