Iran dan Negara Adidaya Sepakati Perjanjian Nuklir, Israel Menolak
JENEWA, SATUHARAPAN.COM - Negara-negara adidaya dunia pada Sabtu (23/11) mencapai sebuah kesepakatan dengan Iran mengenai program nuklirnya, ujar kepala negosiator Catherine Ashton dan menteri luar negeri Iran.
“Kami telah mencapai kesepakatan antara E3+3 dan Iran,” ujar juru bicara Ashton, Michael Mann, dikutip dari akun Twitter-nya, tanpa memberikan keterangan detail.
Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, hanya mengatakan: “Kami sudah mencapai sebuah kesepakatan.”
Pengumuman tersebut muncul setelah lebih dari empat hari perundingan digelar di Jenewa antara Iran dengan Amerika Serikat, China, Rusia, Inggris, Prancis, dan Jerman di Jenewa, yang dipimpin oleh Ashton, diplomat tinggi Uni Eropa.
Perundingan tersebut digelar untuk mendesak Iran menghentikan beberapa bagian dari program nuklirnya, dengan imbalan ada bantuan untuk melonggarkan sanksi yang diberlakuan oleh Dewan Keamanan PBB dan negara-negara Barat.
Perundingan tersebut merupakan pertemuan ketiga di Jenewa sejak Hassan Rouhani menjadi presiden Iran pada Agustus. Pemimpin moderat tersebut telah meningkatkan harapan untuk mengakhiri kebuntuan yang sudah berlangsung selama satu dekade atas program nuklir Iran.
Sejumlah inisiatif diplomatik telah gagal selama 10 tahun terakhir untuk membujuk Iran mengendalikan program nuklirnya, yang ditegaskan Teheran bahwa program tersebut untuk tujuan damai namun negara-negara Barat menuduhnya ditujukan untuk membangun senjata atom.
Presiden Barack Obama di Gedung Putih pada Sabtu memuji perjanjian yang dia sebut bersejarah dengan Iran dan sebagai “sebuah awal langkah penting” menuju sebuah perjanjian yang menyeluruh untuk mengakhiri pertikaian yang berbahaya atas perang program nukkir Iran.
Obama mengatakan bahwa perjanjian tersebut, untuk pertama kalinya dalam satu dekade, menghentikan perkembangan program nuklir Iran.
Namun sang presiden juga memperingatkan bahwa jika Iran tidak mematuhi ketentuan perjanjian itu, denda senilai hampir 7 miliar dolar AS (sekitar Rp 81,7 triliun) untuk pencabutan sanksi yang diizinkan iran, akan ditarik kembali dan akan diberikan tekanan lebih.
Dia juga mengatakan dia paham bahwa Israel dan sekutu AS di wilayah Teluk akan meragukan perjanjian itu, setelah mereka memberikan keluhan saat negosiasi itu dilaksanakan.
“Hari ini, Amerika Serikat – bersama dengan sekutu dekat dan rekan kami – mengambil sebuah langkah penting menuju sebuah solusi menyeluruh yang mengatasi kekhawatira kita mengenai program nuklir Republik Islamis Iran,” kata Obama di State Dining Room di Gedung Putih.
“Walaupun pengumuman hari ini hanyalah sebuah langkah awal, perjanjian itu adalah sebuah prestasi besar.”
“Untuk pertama kalinya dalam waktu nyaris satu dekade, kita menghentikan perkembangan program nuklir Iran, dan bagian-bagian utama dalam program itu akan ditarik kembali.
Pejabat senior AS mengatakan perjanjian itu tidak “mengakui” hak Iran untuk memperkaya uranium, dan meminta Teheran untuk mengambil sejumlah langkah guna menghentikan perkembangan program nuklirnya.
Sementara Presiden Iran Hassan Rouhani memuji dengan mengatakan itu akan “membuka cakrawala baru”.
“Peran yang membangun (selain) dari upaya yang tidak henti-hentinya yang dilakukan tim negosiasi akan membuka cakrawala baru,” kata Rouhani di Twitter setelah perundingan yang intensif di Jenewa menghasilkan perjanjian panjang yang rumit.
Rouhani mengatakan perjanjian tesebut bisa dicapai berkat “pilihan rakyat Iran terhadap kesederhanaan”, merujuk pada kemenangannya yang mengejutkan dalam pemilu pada Juni.
Perundingan itu mengahadapi rintangan dengan adanya beberapa poin perbedaan, termasuk kekukuhan Iran untuk mendapat hal yang disebut “hak” dalam memperkaya uranium agar diakui oleh keenam negara adidaya tersebut.
Pengayaan Uranium Iran Tidak di Atas Lima Persen
Dalam perjanjian antara Iran dengan Amerika Serikat, China, Rusia, Inggris, Prancis, dan Jerman menyepakati janji Iran tidak akan memperkaya uranium di atas lima persen selama enam bulan, kata Gedung Putih pada jumat, salah satu isi dari kesepakatan nuklir tersebut.
Dalam sebuah pernyataan mengenai pakta yang ditandatangani di Jenewa antara Teheran dan enam negara adidaya dunia, Gedung Putih mengatakan Iran juga akan membongkar “koneksi teknis” yang memungkinkan pengayaan tersebut.
Pernyataan tersebut mengatakan bahwa Iran “berkomitmen untuk menetralkan cadangannya sekitar hampir 20 persen uranium” dengan menurunkannya hingga di bawah lima persen dalam enam bulan.
Gedung Putih menekankan bahwa kesepakatan enam bulan tersebut bersifat sementara dan Iran harus melakukan upaya lebih untuk mengakhiri sanksinya dan meyakinkan dunia bahwa pihaknya tidak berusaha membangun bom nuklir.
“Dengan menghormati solusi komprehensif tersebut, tidak ada yang disetujui hingga semuanya disepakati,” ujarnya.
“Sederhananya, langkah pertama ini akan berakhir dalam enam bulan, dan tidak mewakili pernyataan akhir Amerika Serikat atau P5 +1,” katanya menambahkan.
Iran, kata Gedung Putih, telah sepakat untuk tidak memasang sentrifugal pengayaan baru di pembangkit Fordow dan menghentikan operasi di Natanz.
Pihaknya juga berjanji untuk tidak mengaktifkan reaktornya di Arak dan memberikan akses harian ke Fordow dan Natanz kepada inspektur dari pengawas nuklir IAEA.
Israel Menolak
Israel pada Minggu (24/11) mengatakan bahwa sebuah perjanjian nuklir yang dicapai Iran dengan negara-negara adidaya di Jenewa adalah perjanjian yang “buruk” karena Teheran mendapat “apa yang mereka inginkan”, kata kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
“Itu adalah sebuah perjanjian yang buruk yang memberikan hal yang diinginkan Iran: pencabutan sebagian sanksinya sambil mempertahankan satu bagian penting dari program nuklirnya,” kata sebuah pernyataan yang diterbitkan beberapa jam setelah perjanjian bersejarah itu disahkan di Jenewa.
“Perjanjian itu membuat Iran bisa meneruskan pengayaan uranium, membiarkan sentrifugalnya tetap terpasang dan membuatnya bisa menghasilkan bahan serpihan untuk membuat sebuah senjata nuklir,” tambahnya.
“Perjanjian itu tidak menyebabkan pelucutan pembangkit Arak”, reaktor air keras yang sedang dibangun yang berjarak 240 kilometer dari Teheran barat daya.
“Tekanan ekonomi terhadap Iran bisa menghasilkan perjanjian yang lebih baik yang akan berujung pada pelucutan kapasitas nuklir Iran.”
Sementara itu Menteri Ekonomi Israel Naftali Bennett, pemimpin partai sayap kanan, mengatakan negaranya tidak terikat dengan perjanjian Jenewa dan berhak untuk membela diri.
“Iran mengancam Israel dan Israel berhak membela dirinya,” katanya kepada sebuah stasiun radio militer. (AFP)
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...