ISIS Culik 500 Anak-anak Dilatih Jadi Pembom Bunuh Diri
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM - ISIS dilaporkan telah menangkap 500 anak-anak pengungsi Irak dan melatih mereka untuk menjadi prajurit, mata-mata dan bahkan pelaku bom bunuh diri. Diperkirakan anak-anak itu telah diangkut ke pangkalan pelatihan ISIS di Irak dan Suriah.
Newsweek dalam laporannya yang berjudul 500 children abducted by Isis could be trained for suicide missions menyatakan anak-anak tersebut, yang dikatakan berusia antara 12 dan 15, diambil dari sekolah dan tempat tinggal mereka di kota-kota Ar Rutba, Al-Qaim, Anah, dan Rawa di provinsi Diyala dan Anbar, Irak. Meskipun laporan menunjukkan ISIS telah menangkap anak-anak dari Suriah untuk beberapa waktu, anak-anak ini adalah kelompok besar pertama yang diambil dari dalam negeri Irak.
Laporan tentang penculikan itu muncul pada hari yang sama dengan pernyataan Wakil Menteri Migrasi dan Perpindahan Kementerian Irak, yang menegaskan jumlah warga sipil yang mengungsi di daerah konflik ISIS dan pasukan keamanan Irak telah mencapai tiga juta.
Sebanyak 400 anak dilaporkan diambil dari sekolah dan tempat tinggal mereka di provinsi barat Anbar sementara 100 lainnya diambil dari wilayah kegubernuran timur Diyala. Kepala Polisi Provinsi Diyala Letnan Jenderal Kasim Al-Saidi mengatakan bahwa ISIS "telah merekrut sekitar 100 anak-anak di bawah usia 16," dan bahwa ia percaya kelompok ISIS "akan mencuci otak anak-anak itu menjadi pelaku bom bunuh diri."
Dr Natasha Underhill, seorang ahli terorisme Timur Tengah di Nottingham Trent University, mengatakan kepada Newsweek, bahwa "perekrutan anak-anak sangat umum untuk semua kelompok teroris, karena mudah untuk mengindoktrinasi dan mencuci otak mereka menjadi ideologi". Dia juga menyoroti fakta bahwa kelompok ISIS mempersiapkan mereka untuk masa depan, ISIS ingin meradikalisasi dan melatih anak-anak agar mereka melanjutkan jihad mereka.
Underhill melanjutkan anak-anak juga bisa masuk ke tempat-tempat dimana orang dewasa tidak bisa masuk. "ISIS akan menggunakan mereka untuk jenis posisi terburuk, menempatkan mereka di garis depan operasi mereka dan membuat mereka melakukan pemboman bunuh diri." Ia melanjutkan, meskipun belum dikonfirmasi, ada laporan bahwa dua pejuang muda, berusia 9 dan 12, telah tewas saat berperang untuk ISIS tahun ini.
Fred Abrahams, penasihat khusus Human Rights Watch di Divisi Hak Anak mengonfirmasi bahwa anak-anak berbondong-bondong telah bergabung dengan ISIS. Namun, ia mengatakan kepada Newsweek bahwa tidak semua anak-anak dipaksa untuk bergabung dengan grup dan bahwa beberapa diantara mereka secara sukarela bergabung. "Ketika Anda miskin dan Anda telah kehilangan keluarga dan rumah, janji kekuasaan, mobilitas ke atas dan bahkan uang akan menarik."
Dia mengatakan dirinya bahkan telah menyaksikan anak-anak dikirim ke kamp-kamp oleh orang tua mereka sendiri di Suriah dan Irak, dan ISIS sering menawarkan uang kepada orang tua mereka sebagai ganti anak-anak mereka. Abraham mengklaim bahwa di "wilayah yang dikendalikan oleh ISIS, pengaruh kelompok itu sangat besar," terutama pada orang tua miskin yang tidak punya uang dan tidak ada cara lain untuk mendapatkannya.
Ada juga beberapa kasus di mana pejuang asing telah membawa anak-anak mereka dengan mereka ke Irak dan Suriah. Human Rights Watch mengaku telah mengikuti salah satu kasus di mana pejuang dari Kosovo pergi ke Suriah dengan membawa anak-anaknya.
Perekrutan anak-anak ini tidak berarti sebuah fenomena baru bagi ISIS. Anak-anak telah muncul dalam video propaganda ISIS sejak sekitar Oktober 2014.
Pada bulan Maret, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) melaporkan bahwa ISIS telah merekrut sedikitnya 400 anak-anak selama musim dingin 2014. Dalam analisis video dan gambar video ISIS, sebagian besar anak-anak unggulan tampaknya adalah anak laki-laki. Namun, menurut Abrahams, ISIS juga tertarik untuk memikat gadis-gadis untuk bergabung dengan mereka. Dia mengatakan bahwa meskipun belum ada indikasi perekrutan paksa gadis untuk tujuan pertempuran, mereka mungkin akan diambil dalam rangka untuk memiliki anak dengan pejuang ISIS.
Editor : Eben Ezer Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...