ISIS Culik 88 Orang Kristen Eritrea
ASMARA, SATUHARAPAN.COM - Kelompok ekstremis Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS dikabarkan telah menculik 88 orang Kristen Eritrea dari kafilah penyelundup manusia di Libya pekan lalu. Penculikan ini telah dikonfirmasi oleh seorang pejabat pertahanan AS, Senin (8/6).
Pejabat pertahanan itu mengonfirmasi laporan awal penculikan massal kepada Fox News setelah melihat laporan intelijen terbaru. Surat kabar independen Libya Herald melaporkan bahwa konvoi tersebut disergap oleh militan di selatan Tripoli sebelum fajar padai Rabu pagi lalu.
Meron Estafanos, pendiri Komisi Internasional untuk pengungsi Eritrea yang berbasis Stockholm, kepada koran itu mengatakan bahwa dalam kelompok migran itu termasuk "sekitar 12 Muslim Eritrea dan beberapa orang Mesir. Mereka menempatkan mereka dalam truk lain dan mereka menempatkan 12 perempuan Eritrea Kristen di pick-up yang lebih kecil ".
Sebagai catatan, Eritrea adalah sebuah negara yang terletak di bagian timur laut Afrika. Eritrea berbatasan dengan Sudan di sebelah barat, Etiopia di Selatan dan Djibouti di tenggara. Laut Merah di sebelah timur Eritrea memisahkan negar itu dengan kawasan Timur Tengah. Menurut Wikipedia, bagian timur dan timur laut negara ini mempunyai garis pinggir laut yang panjang yang menghadap Laut Merah, langsung berhadapan dengan Arab Saudi dan Yaman, Kepulauan Dahlan dan banyak pulau di Kepulauan Hanish, yang merupakan bagian dari Eritrea.
Namanya berasal dari kata Latin yang berarti Laut Merah, Mare Erythraeum. Ibukotanya bernama Asmara.
Estafanos mengatakan bahwa militan ISIS awalnya menghentikan truk dan meminta kaum Muslim di dalam truk membuktikan bahwa diri mereka Muslim. Setiap orang yang mengaku Muslim ditanyai tentang Quran dan ketaatan agama mereka dalam upaya untuk menangkap orang-orang Kristen yang berpura-pura menjadi Muslim.
Bagian utama dari kelompok itu dimasukkan kembali pada truk awal. Seiring dengan perginya kendaran para militan, sebagaimana dilaporkan oleh Daily Telegraph, setidaknya sembilan orang berusaha untuk melarikan diri dengan melompat dari belakang truk. Estefanos mengatakan tiga dari mereka yang telah melarikan diri aman, namun masih berusaha untuk keluar dari Libya. Nasib yang lainnya tidak diketahui.
Libya telah menjadi titik berangkat ribuan migran dari Timur Tengah dan sub-Sahara Afrika yang mencoba menyeberang melalui Mediterania untuk tiba di Eropa selatan. Namun, ketidakstabilan yang sedang berlangsung di Libya telah menyebabkan peningkatan kehadiran ISIS dan kelompok teror lainnya, yang memicu meningkatnya risiko bagi orang Kristen dan non-Muslim lainnya yang mencoba menyeberang.
Pada bulan Februari, militan Libya yang menyatakan kesetiaan kepada ISIS merilis sebuah video yang menunjukkan pemenggalan 21 warga Kristen Koptik Mesir di tepi Laut Mediterania. Dua bulan kemudian, video lain menunjukkan militan menembak dan memenggal kepala sejumlah Kristen Ethiopia. Estefanos kepada Libya Herald menyatakan bahwa video yang dirilis pada bulan April telah diedit dan 64 orang telah dibantai, termasuk beberapa kaum Eritrea.
"Sejak penculikan oleh ISIS di Libya Februari lalu," katanya, "banyak yang mengambil rute yang berbeda. Beberapa diantara mereka pergi dari Khartoum [Sudan] ke Turki, kemudian Yunani. Lainnya sekarang pergi melalui Khartoum ke Kairo, Alexandria dan kemudian dari sana dengan perahu ke Italia. Saya pikir kita akan melihat peningkatan dari Turki dan Kairo bukannya Libya ".
ISIS pada Selasa juga mengklaim bahwa mereka merebut pembangkit listrik di dekat kota Sirte di Libya, yang memasok bagian tengah dan barat negara itu dengan listrik, Reuters melaporkan.
Editor : Eben Ezer Siadari
Kemendikdasmen Gelar Belajar Darurat untuk Korban Erupsi Lew...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) merespons damp...