ISIS Diduga Targetkan Bandara RI untuk Membom Pesawat Australia
CANBERRA, SATUHARAPAN.COM - Seorang ahli teror terkemuka memperingatkan keamanan lemah di bandara Indonesia yang menyediakan risiko signifikan untuk dijadikan target oleh kelompok ekstremis Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) melakukan pengeboman pesawat.
Profesor Clive Williams dari Center for Military and Security Law, Austalian National University, mengatakan dukungan untuk ISIS di negara yang berpenduduk mayoritas Muslim itu juga mempertinggi risiko.
Peringatan itu ia sampaikan menyusul pengakuan pasukan keamanan Rusia yang pada hari Rabu (18/11) mengatakan mereka yakin bom telah menjadi penyebab jatuhnya jet Airbus milik Rusia pada 31 Oktober setelah meninggalkan Sharm al-Sheikh di Mesir, menewaskan 224 orang yang berada di dalam pesawat.
Para pejabat keamanan Mesir telah mengkonfirmasi rekaman CCTV yang menunjukkan petugas bagasi membawa koper dari sebuah bangunan bandara dan menyerahkannya kepada pria lain, yang kemudian memuatnya ke dalam pesawat yang bernasib malang tersebut.
Profesor Williams yang juga anggota Association of Bomb Tehnicians and Investigators, berkata kepada AAP, tidak akan terlalu sulit bagi perangkat peledak canggih untuk ditanam pada pesawat yang berangkat dari Indonesia.
"Saya pikir sangat mungkin melakukan copy-cat serangan yang dilakukan di Paris," katanya kepada AAP, Rabu (18/11), seperti dilansir oleh au.news.yahoo.com.
"Bisa jadi petugas bagasi dibayar dengan mengatakan bahwa itu adalah obat, dia tidak tahu bahwa itu bahan peledak."
Ditanya tentang ancaman itu, Duta Besar Indonesia untuk Australia, Najib Riphat Kesoema, mengatakan ada "beberapa kesulitan dalam melakukan sesuatu dengan sempurna" tapi ia mengatakan Indonesia berusaha melakukan yang terbaik untuk mengatasi masalah keamanan.
"Saat ini ada pertemuan koordinasi di Jakarta untuk menegakkan semua perbatasan Indonesia, termasuk di semua bandara, pelabuhan dan tempat-tempat lain," kata Kesoema, hari Rabu (18/11) pada pertemuan puncak kontra-terorisme di Sydney.
Prof Williams menambahkan bahwa Australia adalah target ISIS karena keterlibatan Australia dalam aksi militer yang menargetkan kelompok teror di Suriah dan Irak.
"Ada afiliasi ISIS di Indonesia, yaitu JAT, dan sangat mungkin mereka bisa mendapatkan petugas bagasi di Indonesia untuk melakukan hal yang sama (seperti di Mesir)."
Menkopolhukam, Luhut Panjaitan, mengatakan di Sydney pada hari Selasa (17/11) bahwa 800 orang Indonesia telah melakukan perjalanan ke Timur Tengah untuk bergabung dengan ISIS. Lebih dari 100 orang sudah kembali ke Indonesia.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...