ISIS Larang Salat Idul Fitri karena Bukan Ajaran Nabi
ERBIL, SATUHARAPAN.COM – Kelompok ekstremis Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang menguasai kota Mosul, Irak, melarang warga di kota itu melaksanakan salat Idul Fitri, hari besar yang dalam beberapa hari mendatang dirayakan oleh umat Muslim di seluruh dunia. ISIS beralasan salat Idul Fitri bukan ajaran Nabi Muhammad.
Hal itu diungkapkan oleh Ismat Rajab dari Partai Demokrat Kurdistan cabang Mosul, yang kini bermukim di kawasan yang dikuasai pasukan Kurdi di Irak, kepada kantor berita Rudaw, yang melansirnya hari Sabtu (11/7). Berita tersebut telah menyebar luas karena dikutip ulang oleh berbagai media di Timur Tengah.
Ismat mengatakan kelompok radikal itu memperingatkan warga untuk menghindari bersembahyang pada Idul Fitri, yang menandai akhir bulan puasa Ramadan. Ismat melanjutkan, ISIS mengklaim salat Idul Fitri "bukan praktik Islam yang murni" dan salat semacam itu tidak dilakukan pada zaman Nabi Muhammad.
Sejak ISIS menguasai Mosul tahun lalu, para jihadis telah menerapkan aturan baru yang diikuti oleh hukuman ketat, termasuk hukuman mati, bagi pelanggar.
Sebelumnya MWC News mengutip pernyataan anggota-anggota dan bahkan juru bicara ISIS yang menyatakan bahwa Ramadan adalah bulan penaklukan, waktu dimana mereka justru akan mempercepat serangan untuk mengalahkan musuh-musuh Islam.Oleh karena itu, saat ini ISIS sangat mendesak untuk merekrut ribuan pejuang baru yang bersedia menjadi martir dan bergabung dalam kampanye 'pemurnian' dan pembalasan terhadap non-Islam.
Pada Ramadan tahun ini, menurut laporan MWC News, ISIS dan sekutunya berencana menghancurkan peninggalan pagan dan pemakaman kuno serta meledakkan tempat-tempat suci Syiah. Pada 23 Juni lalu, media ISIS, Al-Furqan merilis sebuah rekaman audio oleh juru bicara ISIS, Abu Muhammad Al-'Adnani. Di dalamnya, Al-'Adnani mengucapkan selamat menjalani Ramadan kepada umat Muslim dan menyebutnya sebagai bulan penaklukan. Dia menyerukan kepada mereka untuk bergabung dalam jihad untuk mencapai syahid.
Dalam audio itu ia menekankan bahwa Syiah sangat berbahaya bagi Sunni di negara-negara lain. ISIS telah menerbitkan di Palmyra dan di tempat-tempat lain sebuah daftar berisi berbagai kejahatan yang diduga dilakukan oleh Syiah terhadap Sunni. ISIS meminta kaum Muslim Sunni bergabung dengan ISIS dalam menghadapi ancaman.
Pada 20 Juni 2015, menurut sebuah sumber terpercaya, ISIS telah mengirimkan milisi untuk meluncurkan kampanye pembersihan warisan budaya lokal di Palmyra, Irak. Direktur Jenderal Kepurbakalaan dan Museum di Suriah, Dr. Maamoun Abdulkarim, menegaskan bahwa itu adalah tanggal ketika jihadis ISIS meledakkan makam Muhammad bin Ali, keturunan sepupu Nabi Muhammad, dan ulama Nizar Bahaa Eddine.
Ia menambahkan,"ISIS telah menghancurkan sedikitnya 50 makam yang berusia antara 100 hingga 200 tahun di daerah yang berada di bawah kendalinya di utara dan timur Suriah."
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...