Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 15:16 WIB | Jumat, 30 Agustus 2024

Israel Bunuh Pemimpin Jihad Islam Palestina di Tepi Barat

Militer Israel menyebutkan lima militan ditembak mati dalam serangan paling mematikan di Tepi Barat sejak perang Gaza dimulai.
Pekerja kotamadya Palestina memeriksa rumah yang rusak setelah operasi militer Israel di kamp pengungsi Tepi Barat Al-Faraa, hari Kamis, 29 Agustus 2024. (Foto: AP/Nasser Nasser)

TULKAREM-TEPI BARAT, SATUHARAPAN.COM-Militer Israel mengatakan telah menewaskan lima militan di Tepi Barat, Palestina, termasuk seorang komandan lokal, saat mereka terus maju pada hari Kamis (29/8) dengan operasi paling mematikan di wilayah yang diduduki sejak dimulainya perang di Gaza.

Israel mengatakan serangan di seluruh Tepi Barat utara — yang telah menewaskan total 16 orang, hampir semuanya militan, sejak hari Selasa (27/8) malam — ditujukan untuk mencegah serangan. Palestina melihatnya sebagai perluasan perang di Gaza dan upaya untuk mengabadikan kekuasaan militer Israel selama puluhan tahun atas wilayah tersebut.

Serangan tersebut menimbulkan kekhawatiran dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dan negara tetangga Yordania, serta dari para pemimpin Inggris dan Prancis, yang menekankan urgensi gencatan senjata di Gaza setelah hampir 11 bulan pertempuran antara Israel dan Hamas.

Petugas medis di Rumah Sakit al-Awda di Gaza tengah mengatakan pada hari Kamis bahwa sembilan warga Palestina dari keluarga yang sama — termasuk dua perempuan dan lima anak kecil — tewas dalam serangan Israel terhadap sebuah gedung apartemen di kamp pengungsi Nuseirat. Israel tidak segera memberikan komentar mengenai target serangannya.

Mulai hari Minggu, Israel akan menghentikan beberapa operasi militer di Gaza untuk memungkinkan petugas kesehatan mulai memberikan vaksin polio kepada sekitar 650.000 anak Palestina, Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) mengatakan pada hari Kamis. Sebuah kasus ditemukan awal bulan ini untuk pertama kalinya dalam 25 tahun.

Di Tepi Barat, kelompok militan Jihad Islam mengonfirmasi bahwa Mohammed Jaber, yang dikenal sebagai Abu Shujaa, tewas dalam sebuah serangan di kota Tulkarem.

Ia menjadi pahlawan bagi banyak warga Palestina di awal tahun ketika ia dilaporkan tewas dalam sebuah operasi Israel, hanya untuk muncul secara mengejutkan di pemakaman militan lainnya, di mana ia diangkat ke pundak kerumunan yang bersorak-sorai.

Israel mengatakan dia tewas pada hari Kamis (29/8) bersama empat militan lainnya dalam baku tembak setelah kelima orang itu bersembunyi di dalam sebuah masjid. Dikatakan bahwa Abu Shujaa terkait dengan sejumlah serangan terhadap warga Israel, termasuk penembakan mematikan pada bulan Juni, dan berencana melakukan lebih banyak lagi.

Serangan pencarian dan penangkapan Israel berlanjut selama berjam-jam pada hari Kamis, termasuk di kota Jenin.

Adu tembak juga meletus di Fara'a, sebuah kamp pengungsi perkotaan Palestina di kaki bukit Lembah Yordan, tempat tentara Israel mengatakan telah menyerang dan menewaskan sekelompok militan yang bepergian dengan mobil. Afiliasi militan mereka belum jelas.

Tentara juga mengatakan telah menemukan tempat penyimpanan senjata, alat peledak, dan peralatan militer lainnya di dalam sebuah masjid di Fara'a dan menangkap militan lainnya di Tulkarem, tempat seorang anggota Polisi Perbatasan paramiliter Israel terluka ringan.

Operasi terbaru Israel di Tepi Barat dimulai hari Selasa (27/8) malam di beberapa lokasi, dan Hamas mengonfirmasi 10 pejuangnya tewas. Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan kematian ke-11 pada hari Rabu, tanpa menyebutkan apakah korban tewas adalah seorang pejuang atau warga sipil.

Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, menyerukan penghentian segera serangan tersebut, meminta pemerintah Israel untuk mematuhi kewajibannya berdasarkan hukum internasional dan mengambil tindakan untuk melindungi warga sipil.

“Perkembangan berbahaya ini memicu situasi yang sudah eksplosif di Tepi Barat yang diduduki dan semakin melemahkan Otoritas Palestina,” katanya dalam sebuah pernyataan dari juru bicaranya Stéphane Dujarric.

Jumlah keseluruhan korban tewas sebanyak 16 orang dalam waktu kurang dari dua hari menjadikannya operasi Israel paling mematikan di Tepi Barat sejak serangan Hamas pada 7 Oktober ke Israel yang memicu perang.

Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan lebih dari 650 warga Palestina telah tewas di Tepi Barat sejak dimulainya perang. Sebagian besar tampaknya adalah militan yang tewas dalam baku tembak selama operasi Israel seperti yang terjadi pekan ini, tetapi warga sipil yang lewat dan pengunjuk rasa yang melempar batu juga tewas, dan wilayah itu menyaksikan lonjakan kekerasan pemukim Yahudi.

Serangan terhadap warga Israel juga meningkat sejak dimulainya perang.

Israel merebut Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem timur dalam perang Timur Tengah 1967, dan Palestina menginginkan ketiga wilayah itu untuk negara masa depan mereka.

Tiga juta warga Palestina di Tepi Barat hidup di bawah kekuasaan militer Israel yang tampaknya tidak terbatas, dengan Otoritas Palestina yang didukung Barat mengelola kota-kota. Lebih dari 500.000 warga Israel tinggal di lebih dari 100 permukiman di seluruh wilayah yang dianggap ilegal oleh sebagian besar masyarakat internasional.

Penggrebegan difokuskan pada kamp-kamp pengungsi yang berasal dari perang 1948 seputar pembentukan Israel, di mana sekitar 700.000 warga Palestina melarikan diri atau diusir dari wilayah yang sekarang menjadi Israel. Banyak kamp yang menjadi basis militan.

Hamas mengulangi seruannya kepada warga Palestina di Tepi Barat untuk bangkit, dengan menyebut penggrebegan itu sebagai bagian dari rencana yang lebih besar untuk memperluas perang di Gaza.

Kelompok militan itu telah mendesak pasukan keamanan yang setia kepada Otoritas Palestina yang didukung Barat, yang bekerja sama dengan Israel, untuk "bergabung dalam pertempuran suci dari rakyat kami.”

Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas, juga mengutuk serangan Israel, tetapi pasukannya tidak diharapkan untuk terlibat.

Perang di Gaza meletus ketika militan yang dipimpin Hamas menyerbu ke Israel selatan dan mengamuk melalui pangkalan militer dan komunitas pertanian, menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menculik sekitar 250 orang. Para militan masih menyandera 108 orang, sekitar sepertiganya diyakini telah tewas, setelah sebagian besar sisanya dibebaskan selama gencatan senjata November.

Israel menanggapi dengan serangan yang telah menewaskan lebih dari 40.000 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, yang tidak menyebutkan berapa banyak yang merupakan militan. Sekitar 90% penduduk Gaza telah mengungsi, seringkali beberapa kali, dan pemboman serta operasi darat Israel telah menyebabkan kerusakan besar.

Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir telah menghabiskan waktu berbulan-bulan mencoba memediasi gencatan senjata yang akan membebaskan para sandera yang tersisa. Namun perundingan tersebut berulang kali menemui jalan buntu karena Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah bersumpah untuk "menang total" atas Hamas dan kelompok militan tersebut telah menuntut gencatan senjata yang langgeng dan penarikan penuh dari wilayah tersebut. (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home