Israel Hapus Pelarangan Batas Usia Beribadah di Al-Aqsa
SATUHARAPAN.COM – Micky Rosenfeld, juru bicara Kepolisian Israel menyatakan seluruh pria dari segala usia akan diizinkan melaksanakan salat Jumat di lokasi utama Masjid Al-Aqsa, Yerusalem untuk pertama kalinya setelah beberapa bulan dilarang.
Sebelumnya hanya warga Palestina berusia di atas 35 tahun yang diperbolehkan beribadah di Masjid Al-Aqsa
"Tidak ada batasan usia (untuk beribadah) di Al-Aqsa. Kami berharap, hari ini kondisi akan tetap tenteram dan tenang," kata Mickey Rosenfeld kepada kantor berita AFP, Jumat (14/11).
Dia menggunakan istilah Yahudi untuk situs suci Temple Mount -yang orang Palestina mengenalnya sebagai Haram al-Sharif- yang menjadi lokasi konflik berkepanjangan selama berbulan-bulan.
"Unit polisi tambahan dikerahkan di Yerusalem pagi ini untuk mencegah insiden di sekitar Kota Tua," imbuhnya.
Rosenfeld menerangkan, keputusan setiap pria dipersilakan melaksanakan salat Jumat itu diputuskan di Yordania, Kamis (13/11), setelah Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan, kesepakatan antara Raja Abdullah II dan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu untuk menurunkan ketegangan di kompleks masjid.
"Komitmen bersama disepakati untuk mempertahankan status quo di kompleks suci orang Yahudi dan Muslim di Yerusalem Timur-wilayah yang dianeksasi Israel," kata Kerry dalam konferensi pers dengan didampingi Menteri Luar Negeri Yordania, Nasser Judeh.
Keyakinan dipulihkan
John Kerry mengatakan, Israel dan Yordania yang memiliki hak kustodian atas Al-Aqsa di Yerusalem Timur, juga telah sepakat untuk mengambil langkah-langkah untuk "meredakan situasi" di Yerusalem dan "memulihkan kepercayaan".
"Kami tidak akan mengeluarkan setiap langkah praktis. Itu lebih penting mereka harus dilakukan dengan cara yang tenang dan efektif," kata Kerry.
"Jelas bagi saya, bahwa mereka serius tentang bekerja pada upaya untuk menciptakan de-eskalasi dan mengambil langkah-langkah untuk menanamkan keyakinan, bahwa status quo akan ditegakkan."
Koresponden kantor berita Al Jazeera Imtiaz Tyab melaporkan, Israel secara rutin telah memberlakukan kebijakan pembatasan usia laki-laki Muslim untuk masuk ke situs. Pencabutan pembatasan usia itu kemungkinan akan disambut positif Palestina, tetapi mereka masih memiliki banyak keluhan lainnya.
"Sejak bulan Juli ini, lebih dari 800 orang telah ditangkap di Yerusalem Timur," katanya. "Hingga 2.000 personil keamanan dikerahkan potroli di sejumlah titik kota pada hari tertentu."
Banyak kerusuhan di Yerusalem terjadi karena didorong gerakan Israel meningkatkan pembangunan pemukiman di sektor timur kota dan ketegangan agama di kompleks Al-Aqsa, situs suci Muslim dan Yahudi.
Palestina juga marah dengan kampanye organisasi sayap kanan Yahudi yang meminta warga Yahudi diperbolehkan berdoa di kompleks Al-Aqsa, meskipun Israel menegaskan tidak berencana mengubah status quo yang berlangsung sejak puluhan tahun lalu.
Kerusuhan memanas di Yerusalem Timur, wilayah yang dianeksasi Israel, dalam beberapa hari terakhir dan menyebar ke wilayah lain di Tepi Barat yang banyak dihuni etnis Arab-Israel, menimbulkan kekhawatiran terjadinya pemberontakan baru dari Palestina.
Pertemuan hari Kamis berlangsung, setelah sehari sebelumnya Israel menyetujui rencana membangun 200 rumah di pemukiman di Yerusalem Timur, kebijakan yang dikritik tajam AS.
Kerry juga bertemu dengan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas di Amman untuk meredakan ketegangan. (aljazeera.com)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Cara Telepon ChatGPT
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perusahaan teknologi OpenAI mengumumkan cara untuk menelepon ChatGPT hing...