Israel Kembali Serang Sekolah PBB di Gaza
GAZA, SATUHARAPAN.COM - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Ban Ki-moon mengecam keras pembunuhan yang terjadi hari Minggu (3/8) terhadap setidaknya 10 warga sipil Palestina dalam serangan di luar sebuah sekolah PBB di Rafah yang juga tempat berlindung bagi ribuan warga sipil.
"Serangan itu adalah satu lagi pelanggaran berat hukum humaniter internasional,” kata Ban dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh juru bicaranya di New York.
Sementara itu, militer Israel menegaskan pihaknya menembaki target di dekat sebuah sekolah PBB di kota Rafah, Gaza selatan, hari Minggu (3/8). Serangan itu membunuh 10 warga Palestina dan mengundang kecaman internasional.
"Tentara Israel (IDF) menargetkan tiga teroris dari Jihad Islam (PIJ) yang mengendarai sepeda motor di sekitar sekolah (yang dikelola) UNRWA di Rafah," kata pernyataan militer, mengacu pada badan PBB untuk pengungsi Palestina.
"IDF sedang mengkaji konsekuensi dari serangan ini" di dekat sekolah di mana sekitar 3.000 warga Palestina berlindung, katanya seperti dikutip AFP.
Berulang Kali Diberitahu
"Tempat penampungan PBB haruslash zona aman, bukan zona perang," kata pernyataan Sekjen. Dia menambahkan bahwa Angkatan Bersenjata Israel (IDF) telah berulang kali diberitahu tentang lokasi penampungan tersebut.
Dia juga menyatakan dengan keras atas runtuhnya gencatan senjata selama dua hari yang diprakarsai PBB dan Amerika Serikat. Serangan hari Minggu itu makin intensif dan menyebabkan pelayanan dan fasilitas medis di daerah Gaza yang terisolasi itu "di ambang kehancuran."
Ban menyatakan "kecemasan yang mendalam" atas eskalasi kekerasan yang mengerikan dan hilangnya ratusan nyawa warga sipil Palestina sejak pelanggaran gencatan senjata. Pertempuran hanya memperburuk krisis kemanusiaan dan kesehatan yang mendatangkan malapetaka buatan manusia di Gaza.
9 Staf PBB Meninggal
Sementara itu, UNRWA mengumumkan bahwa sejak 20 Juli, sembilan anggota staf PBB meninggal. Mereka adalah pekerja kemanusiaan yang tertimpa oleh "konflik kejam." "Merekai adalah orang-orang yang telah bertahun-tahun atau puluhan tahun khusus melayani para pengungsi Palestina dari Gaza," kata Komisaris UNRWA, Jenderal Pierre Krahenbuhl.
"Banyak dari mereka adalah pendidik, yang menanamkan pada anak-anak harapan masa depan yang cerah dan mendukung mereka melalui masa yang paling sulit... Ini adalah cara kejam di mana mereka kehilangan nyawa, dan menghancurkan keluarga yang mereka tinggalkan dan kita semua di UNRWA," katanya.
Kemarahan PBB terjadi, karena serangan hari Minggu itu adalah yang ketiga terjadi di sekolah PBB dalam 10 harti terakhir dan membunuh 30 warga Palestina.
Amerika Serikat juga mengatakan pihaknya "terkejut" dengan penembakan kembali di sekolah PBB di Gaza, dan menyerukan penyelidikan "secara penuh dan cepat.”
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Jen Psaki, menekankan bahwa "Israel harus berbuat lebih banyak untuk memenuhi standar sendiri dan menghindari korban sipil."
Korban Serangan
Hampir 1.800 warga Palestina meninggal di Gaza dan 9.320 lainnya terluka sejak awal serangan Israel pada tanggal 8 Juli. Angka yang dikeluarkan oleh badan kemanusiaan PBB, OCHA, pada hari Sabtu (2/8) menyebutkan total 1.525 orang meninggal.
Dari 1.196 yang meninggal yang identitasnya dapat diverifikasi, 1.033 adalah warga sipil, atau hampir 84 persen, kata OCHA. Jumlah tersebut meliputi 329 anak dan 187 perempuan.
Dari pihak Palestina 191 korban meninggal adalah anggota dari kelompok bersenjata. Di sisi lain, 66 orang Israel meninggal, termasuk 64 tentara sejak serangan darat dimulai.
Menurut angka dari militer Israel, faksi Palestina sejak 8 Juli telah menembakkan 3.160 roket, dan 2.483 di antaranya menghantam Israel, sementara 559 dicegat oleh pertahanan anti rudal, Iron Dome.
Israel juga menyebutkan telah menyerang 4.626 sasaran di Jalur Gaza dalam operasi selama 27 hari itu.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...