Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 12:53 WIB | Minggu, 29 Oktober 2023

Israel Kembali Serukan Warga Gaza evakuasi dari Utara ke Selatan

Disebutkan bahwa Hamas menempatkan senjata dan pasukan di antara warga sipil.
Warga Gaza, yang meninggalkan rumah mereka di tengah serangan Israel, mengantri untuk mendapatkan air saat mereka berlindung di tenda kamp di sebuah pusat yang dikelola PBB, setelah Israel menyerukan agar lebih dari satu juta warga sipil di Gaza utara untuk pindah ke selatan, di Khan Younis di Gaza, Jalur Gaza selatan, pada hari Kamis, 26 Oktober 2023. (Foto: Reuters)

YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM-Militer Israel pada hari Sabtu (28/10) kembali mengeluarkan seruan kepada warga Palestina untuk mengevakuasi Jalur Gaza utara menjelang operasi Israel yang akan datang.

Israel, yang mengatakan Hamas telah menempatkan senjata dan pasukannya di antara warga sipil, telah meminta penduduk Gaza untuk pindah ke selatan demi keselamatan mereka sendiri.

“Ini adalah peringatan militer yang mendesak,” kata juru bicara Daniel Hagari di platform media sosial X. “Demi keselamatan Anda, kami mendesak semua penduduk Gaza utara dan Kota Gaza untuk sementara waktu pindah ke selatan.”

“Operasi IDF (Pasukan Pertahanan Israel) yang akan datang dirancang untuk menetralisir ancaman Hamas dengan tepat dan intensitas,” katanya.

Sandera Warga Rusia-Israel

Sementara itu, Hamas sedang berusaha menemukan delapan warga negara ganda Rusia-Israel di antara hampir 230 orang yang disandera selama serangan militan Palestina terhadap Israel setelah permintaan Moskow untuk membebaskan mereka, kantor berita Rusia melaporkan pada hari Sabtu.

Rusia memiliki hubungan baik dengan Hamas, yang tidak dianggap sebagai kelompok teror, dan telah meluncurkan upaya diplomatik untuk mencoba membebaskan sandera yang ditahan di Gaza.

Israel mengatakan mereka yakin 229 orang disandera oleh Hamas selama serangan besar-besaran terhadap Israel pada 7 Oktober.

“Dari pihak Rusia, melalui kementerian luar negeri, kami menerima daftar warga negara yang memiliki kewarganegaraan ganda,” kata perwakilan senior Hamas, Moussa Abu Marzook, seperti dikutip oleh kantor berita RIA Novosti.

“Kami sedang mencari orang-orang itu… Ini sulit tetapi kami sedang mencari. Dan ketika kami menemukannya, kami akan melepaskannya.”

“Kami sangat memperhatikan daftar ini dan akan memprosesnya dengan hati-hati karena kami menganggap Rusia sebagai teman terdekat,” katanya.

“Mengenai warga sipil yang diculik dan sekarang berada di Gaza, kami memperlakukan mereka sebagai tamu,” kata Abu Marzook, yang tiba di Rusia pada hari Kamis (26/10) untuk melakukan pembicaraan mengenai para sandera.

“Kami akan membebaskan mereka segera setelah kondisinya memungkinkan,” katanya mengacu pada orang Rusia-Israel.

Pejabat Hamas mengatakan kepada media Rusia bahwa tidak ada kemajuan dalam pembicaraan internasional untuk membebaskan para sandera. Ia mengatakan, “puluhan pejabat Barat dan regional datang kepada kami untuk menuntut pembebasan para tahanan.”

Warga sipil diculik “akibat kekacauan,” katanya.

Kremlin mengakui awal pekan ini bahwa mereka belum berhasil membebaskan sandera Rusia dan tidak mengetahui berapa banyak warga negaranya yang telah disandera.

Israel melancarkan pemboman sengit di Gaza setelah orang-orang bersenjata Hamas menyerbu melintasi perbatasan, menewaskan 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera hampir 230 lainnya, menurut pejabat Israel.

Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas mengatakan pada hari Sabtu bahwa serangan Israel telah menewaskan 7.703 orang, termasuk lebih dari 3.500 anak-anak.

Serangan pada Pasukan AS dari Suriah dan Iran

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Iran mengatakan kelompok yang menyerang pasukan Amerika Serikat di Suriah dan Irak bertindak secara independen dan belum menerima perintah atau instruksi dari Teheran.

“Mereka tidak menerima perintah apa pun dari kami, instruksi apa pun,” kata Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amirabdollahian, dalam wawancara dengan Bloomberg Television. “Pihak Amerika Serikat mengklaim bahwa ini ada hubungannya dengan Iran. Kelompok-kelompok ini memutuskan sendiri secara independen.”

Amirabdollahian berbicara kurang dari sehari setelah AS mengatakan bahwa mereka telah melakukan serangan militer terhadap dua fasilitas Suriah yang terkait dengan IRGC (Garda Revolusi Islam) Iran yang telah digunakan untuk menyerang pasukan AS di wilayah tersebut.

Para pejabat AS mengatakan mereka tidak memiliki bukti bahwa Iran secara eksplisit memerintahkan serangan-serangan tersebut namun mereka menganggap Iran bertanggung jawab karena mendukung kelompok-kelompok yang melakukan serangan tersebut.

Amirabdollahian mengatakan dia menyarankan Hamas untuk membebaskan tahanan sipil yang ditahan oleh kelompok militan tersebut, yang ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh AS dan Uni Eropa. (Reuters/AFP/Bloomberg)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home