Israel Umumkan Bangun Lebih dari 1.800 Permukiman Baru
YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM – Israel pada Jumat (10/1) mengumumkan rencana untuk membangun lebih dari 1.800 permukiman baru di Tepi Barat dan Yerusalem timur, kata pengawas permukiman Peace Now.
Kementerian Perumahan mengumumkan rencana pembangunan 1.076 unit di Yerusalem timur yang diperluas dan 801 unit di Tepi Barat yang diduduki, kata juru bicara Peace Now Lior Amihai kepada AFP.
“Kementerian Perumahan mengumumkan rencananya tadi pagi,” kata Amihai.
“Banyak unit yang akan dibangun di permukiman yang sudah ada seperti Efrat dan Ariel di Tepi Barat, dan Ramat Shlomo, Ramot dan Pisgat Zeev di Yerusalem timur,” katanya.
Pihak kementerian belum bisa dihubungi untuk dimintai komentar.
Laporan tersebut muncul satu pekan setelah Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry mengunjungi mengunjungi kawasan itu dalam upaya terbarunya untuk mendorong pemimpin Israel dan Palestina menuju sebuah perjanjian damai yang sulit dicapai.
Pembangunan Permukiman Israel di teritorial Palestina merupakan satu poin utama yang terus muncul, dan menghambat pelaksanaan perundingan terakhir pada 2010.
Sementara mayoritas rakyat Israel percaya negosiasi dengan Palestina yang diperantarai Amerika Serikat akan gagal menghasilkan perjanjian damai apa pun, seperti ditunjukkan jajak pendapat yang diterbitkan pada Jumat.
Sekitar 80 persen dari 507 responden Arab dan Yahudi Israel mengatakan kepada surat kabar Maariv bahwa mereka meyakini pembicaraan tersebut tidak akan berhasil.
Jajak pendapat tersebut muncul sepekan setelah kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry, yang memulai pembicaraan pada Juli setelah terhenti selama tiga tahun dan mendorong kedua belah pihak untuk menerima kerangka perjanjian untuk status negosiasi akhir.
Survei Maariv menunjukkan bahwa 73 persen responden menolak penarikan total tentara Israel dari Tepi Barat di bawah perjanjian damai apa pun.
Pemimpin Israel dan Palestina nampaknya semakin berselisih atas tuntutan yang tak terselesaikan, termasuk atas nasib garis batas negara Palestina dan kehadiran militer Israel di Lembah Yordan, lokasi Tepi Barat yang berbatasan dengan Yordania.
Sebuah jajak pendapat terpisah dilakukan Hayom yang pro-pemerintah mengatakan sebanyak 70 persen dari 500 responden Yahudi menolak penarikan dari Lembah Yordan.
Sekitar 53 persen mengatakan Kerry tidak tulus atau “jujur” dalam upayanya untuk meraih perdamaian.
“Opini publik nampaknya lelah, sedih dan skeptis setelah melihat puluhan mediator dan duta Amerika datang ke wilayah tersebut selama bertahun-tahun dan pergi tanpa hasil,” seperti ditulis Maariv.
Jajak pendapatMaariv dan Hayom Israel memiliki margin eror masing-masing sebesar 4,5 persen dan 4,4 persen. (AFP)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...