Istri Pengacara RRT yang Ditahan, Sandarkan Kekuatan kepada Yesus
BEIJING, SATUHARAPAN.COM – Wang Qiaoling, istri dari Li Heping, pengacara hak asasi manusia Republik Rakyat Tiongkok (RRT) yang ditangkap beberapa tahun lalu, mengatakan hal yang menguatkannya dalam kesendirian adalah beriman tetap teguh kepada Yesus Kristus.
Dalam perbincangan dengan South China Morning Post dan dimuat di China Aid, pada hari Rabu (3/8), Qiaoling mengatakan layaknya orang yang menghadapi peristiwa traumatis, ia belajar dengan sabar untuk menghadapi tantangan hidup dan mengurus anak sendirian.
“Kebanyakan orang, ketika berada dalam tekanan, mereka akan menyerah. Tapi saya tidak melihatnya seperti itu. Saya percaya dunia adalah di tangan Tuhan Yesus Kristus, yang bertanggung jawab atas keadilan,” kata Qiaoling.
Dia mengatakan iman yang besar kepada Tuhan terus menambah semangatnya setiap hari. “ Saya melalui hari-hari berbeda-beda karena tantangan membuat saya tersenyum, walau air mata menetes,” dia menambahkan.
Qiaoling mengaku sesekali mengadakan acara kumpul bersama dengan istri-istri dari beberapa pengacara lain yang juga ditahan sewenang-wenang oleh Pemerintah RRT, untuk menghilangkan rasa sepi.
Dia menjelaskan, saat ini anak-anaknya, yang pertama berusia 16 tahun dan anak kedua berusia 6 tahun, walau menjalani kehidupan normal dan tidak terganggu dengan kehilangan ayahnya, Qiaoling tetap merasa sedih karena tidak dapat mewujudkan cita-cita anak pertamanya yang ingin belajar di luar negeri dalam program pertukaran pelajar.
Pemerintah RRT menjatuhkan aturan cekal kepada dia dan kedua anaknya. Larangan tersebut mengcakup tidak dapat menerbitkan paspor dan visa apabila mereka hendak meninggalkan negara tersebut.
“Tapi saya percaya Tuhan mempersiapkan jalan keluar di tengah kesulitan kami,” dia menambahkan.
Li Heping merupakan salah satu pengacara yang gigih memperjuangkan kebebasan beragama di Tiongkok.
Heping merupakan salah satu dari beberapa pengacara terkemuka Tiongkok yang diculik secara misterius oleh pemerintah negara tersebut dengan alasan membahayakan keamanan negara pada 2015.
Heping berasal dari keluarga yang berkemampuan ekonomi lemah, di Provinsi Henan, Tiongkok. Meski demikian, dia belajar bersungguh-sungguh di bidang hukum, sebelum akhirnya memulai karier di bidang hukum pada tahun 1997 sebagai tim kuasa hukum sebuah perusahaan.
Setelah tidak menjadi pengacara di sebuah perusahaan, dia pindah ke Beijing dan membangun firma hukum yang mengurusi banyak perkara yang berskala global. Pasca keluar dari perusahaan tersebut, Heping berkecimpung dalam aktivitas hukum yang membela hak-hak asasi manusia.
Qiaoling mendeskripsikan suaminya sebagai pribadi yang rendah hati. Dia tidak pernah menganggap suaminya sebagai orang tenar atau super dan kebal hukum. “Dia adalah manusia biasa namun memiliki hati nurani yang super lembut,” kata dia.
Qiaoling mengaku ada beberapa kerabat yang menyarankan untuk tidak perlu lagi bersusah payah mencari keberadaan suaminya, melainkan fokus membesarkan anak-anak.
Dia tidak sependapat dengan saran itu karena dalam kurun waktu 20 tahun mendatang anak-anaknya akan memasuki usia pernikahan. Menurut Qiaoling, kado terindah untuk pernikahan anaknya adalah kehadiran orangtua menjadi saksi pernikahan anaknya kelak.
“Jika dari sekarang saya tidak melakukan apa-apa untuk menyelamatkan suami saya, kemungkinan saya akan gagal dalam peran saya sebagai orangtua,” kata dia. (chinaaid.org)
Editor : Sotyati
Tentara Ukraina Fokus Tahan Laju Rusia dan Bersiap Hadapi Ba...
KHARKIV-UKRAINA, SATUHARAPAN.COM-Keempat pesawat nirawak itu dirancang untuk membawa bom, tetapi seb...