James Foley dalam Kenangan Rekan-rekan Wartawan
SATUHARAPAN.COM – Kabar pemenggalan brutal jurnalis James Foley masih terasa menyentak. Robert Mahoney, Wakil Direktur Committee to Protect Journalists (CPJ), yang menggenggam pengalaman bekerja sebagai reporter, editor, dan kepala biro Reuters di seluruh dunia, menuliskan kenangannya untuk sosok James Foley, seperti dimuat di laman CPJ.
Berikut tulisan kenangannya.
Di tengah-tengah berbagai ungkapan duka, penghormatan, dan berita perang yang seolah tak berkesudahan, tertulis kenangan untuk sosok James Foley dari rekan sesama sandera, bak menyinarkan cahaya pada sisi karakternya yang mungkin tak pernah pembaca ketahui. Yakni, ia tidak hanya berempati kepada orang-orang yang sudah ia liput dalam tugas kewartawanannya, namun juga untuk rekan sesama wartawan yang ia temui.
Wartawan Prancis Nicolas Hénin menceritakan telah menghabiskan waktu tujuh bulan di ruangan yang sama dengan wartawan AS itu. Bahkan mengaku sering berbagi mengenakan sepatu yang dikenakan Foley dalam video eksekusi. Hénin, atas permintaan L'Express, menuliskan kenangan tentang apa yang ingin dilakukan Foley jika dibebaskan.
"Ia menginginkan dua hal, bekerja bagi Komite untuk Perlindungan Wartawan (CPJ) dan bekerja untuk badan dialog antaragama, membangun kembali jembatan antara dunia Kristen dan Muslim."
Foley pasti akan melakukan dengan baik kedua keinginan itu. Ia sudah sangat dikenal staf CPJ, yang bersama dengan banyak kelompok serta individu lain telah mengupayakan pembebasannya ketika ia ditangkap oleh pasukan pro-Qadaffi di Libya pada 2011 dan ditahan selama enam minggu.
Foley sedang bersama tiga wartawan lainnya ketika tiba di medan konflik dekat Brega. Satu orang di antara mereka, Anton Hammerl, fotografer lepas asal Afrika Selatan, tewas.
Penangkapan di Libya, dan kematian seorang rekan yang ia ketahui bekerja dengan biaya tugas yang minim, tampaknya justru meningkatkan tekad Foley untuk membantu rekan-rekan jurnalis, terutama yang mempertaruhkan hidup mereka di daerah konflik, tanpa pelatihan, peralatan, dan keuangan yang memadai dari organisasi-organisasi media utama.
Konflik Libya bukan hanya mengundang perhatian wartawan perang berpengalaman, namun juga menarik perhatian banyak jurnalis pemula dan jurnalis lepas yang kurang berpengalaman. Wartawan diperhadapkan pada keadaan saling membantu. Meskipun demikian, tidak semua beruntung. Fotografer lepas yang sangat diakui, Tim Hetherington, kehabisan darah hingga tewas setelah terkena tembakan peluru di kaki di Misrata, tanpa seorang rekan wartawan pun tahu bagaimana menyelamatkannya. Hal itu mendorong temannya, Sebastian Junger, mendirikan sebuah badan yang mengajar wartawan mengenai dasar pertolongan pertama – Reporters Instructed in Saving Colleagues, atau RISC.
James Foley hadir ketika untuk pertama kali kursus RISC diadakan di Bronx Documentary Center pada April 2012. Selama kursus itu, CPJ menyeponsori pemutaran film berjudul Bearing Witness, kisah tentang lima jurnalis perempuan pemberani, termasuk korban Perang Suriah, Marie Colvin. Ketika kami berkesempatan berbicara setelah itu, saya ingin mendengar tentang pengalamannya, tetapi Foley mengatakan tidak memilikinya. Ia justru berbicara tentang keinginannya mengumpulkan uang untuk keluarga Anton Hammerl. Dan, ia tidak sekadar bicara. Ia melakukan dengan sepenuh hati.
Ia membantu memobilisasi fotografer untuk menyumbangkan foto-foto, yang dilelang bulan berikutnya di Balai Lelang Christie di New York. Lelang itu menghasilkan $ 135.000 dollar AS (lebih kurang Rp 1,576 miliar) untuk tiga anak Hammerl.
Dan, Foley mengatakan akan terus kembali ke garis depan, mengikuti nasihat Marie Colvin untuk terus melaporkan kesaksiannya, tetapi apa yang ia lakukan melampaui dari “sekadar” mengamati. Ia turun tangan membantu. Setelah mendokumentasikan pembantaian warga sipil, terutama anak-anak, akibat pertempuran di Aleppo, yang ia laporkan untuk GlobalPost, Foley meluncurkan kampanye untuk mengumpulkan uang, untuk rumah sakit yang ia ambil gambarnya.
Setelah berita penangkapannya di Suriah pada November 2012 akhirnya dipublikasikan, kami bergabung dengan rekan-rekan, termasuk temannya, Nicole Tung, terus mengupayakan pembebasannya. James Foley pasti mengetahui bahwa semua orang yang mencintainya. Baik teman-temannya, rekan-rekannya, melakukan apa pun yang bisa mereka lakukan untuk membebaskannya. Saya pun berharap James Foley menyadari keinginan yang ia disampaikan kepada Nicolas Hénin. Ia memang seorang pejuang kebebasan pers sejati.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...