Jangan Abaikan Akar Permasalahan!
Rumah yang kotor tidak mungkin bersih oleh sapu yang kotor dan orang yang kotor.
SATUHARAPAN.COM – Hiruk-pikuk berbagai upaya yang kita temui dalam menangani kegaduhan sosial, politik, kekuasaan, keamanan, kebudayaan, ekuin (ekonomi; keuangan; industri), perdagangan, hukum, dan lingkungan hidup semakin canggih. Tetapi, membuat rakyat golongan ”priyayi” semakin ”gila”—gila kuasa, gila harta, dan gila wanita.
Upaya-upaya yang dilakukan untuk keluar dari permasalahan inti—baik dalam tataran kebijakan maupun operasional—tidak dimulai di hulu, tetapi di hilir. Beberapa contoh: lebih demen mencabut subsidi BBM dengan dalih meningkatkan kesejahteraan rakyat, kemudian mengonversikannya dalam bentuk BLSM, dan pembangunan infra struktur dasar daripada membereskan carut marut permasalahan migas di sektor hulu; lebih memilih impor kebutuhan pokok (beras, cabe, daging sapi, ikan, jagung, gula, pupuk, dan lain-lain) guna stabilisasi harga di pasar, ketimbang memampukan rakyat memproduksinya sendiri; lebih memilih menggebuki mahasiswa yang berdemonstrasi daripada mengajaknya berdialog-akademis, jujur dan terbuka atas suatu kebijakan pemerintah yang akan diterapkan.
Penguasa dan atau pemilik modal lebih memilih tebar fulus dan teror kepada pemilih dan utamanya PNS agar dipilih dalam pilpres/pilkada, ketimbang jauh-jauh hari sebelumnya berkarya nyata di lapangan meningkatkan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan; lebih memilih memanipulasi jumlah pemilih untuk meraih kemenangan dalam pemilihan umum, baik di pusat maupun di daerah, daripada mengakui secara jantan keunggulan pesaingnya; dalam rangka kemurnian ajaran agama yang dianut, lebih memilih mengusir yang berbeda ajaran/agama, atau melenyapkan keberagaman daripada menghargainya; lebih memilih membuat hujan buatan untuk mengatasi asap kebakaran hutan di Riau daripada membina dan memfasilitasi rakyat dalam membuka lahan perkebunan baru dengan cara-cara ramah lingkungan.
Sungguh naif mengharapkan bagian hilir bersih dari penyakit korupsi dengan berbagai terapi, sementara di bagian akar masalah (hulu) masih mengidap penyakit korupsi. Menyelesaikan gejala (hilir) hanyalah mengatasi akibat sampingan, bukan menanggulangi tuntas akar masalah.
Rumah yang kotor tidak mungkin bersih oleh sapu yang kotor dan orang yang kotor. Kecenderungan kuat menyelesaikan gejala ( hilir ) dengan cara yang canggih dimungkinkan karena adanya kemajuan teknologi, tetapi hasilnya nihil. Rakyat terperangkap dalam permainan zero sum game yang dimainkan oleh penguasa dan lingkaran dalamnya.
Saya, Anda, rakyat pun bingung dan bertanya-tanya: Mengapa? Mengapa? Mengapa? Orang pintar menyodorkan sejuta jawab bulus. Orang benar menyodorkan satu jawab tulus: ”Akar segala kejahatan adalah fulus!”
Editor: ymindrasmoro
Email: inpirasi@satuharapan.com
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...