Jaringan Perempuan PGI Bahas Budaya Damai (Bagian 1)
Isu kekerasan terhadap alam dan manusia yang bias gender merupakan bahasan utama dalam Konsultasi Nasional (Konas) Jaringan Perempuan Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) yang dilaksanakan di Tomohon, (4-9/4).
Konas yang dilaksanakan sekali dalam tiga tahun oleh Departemen Perempuan dan Anak PGI, dihadiri 187 peserta mewakili sinode gereja anggota PGI, Komisi Perempuan PGI Wilayah dan mitra lembaganya, di antaranya DPP Peruati, Mission 21 dan Rumah Damai GKP Durebang Bandung. Selaku tuan rumah adalah Sinode Gereja Masehi Injili Minahasa (GMIM).
Selama satu dekade ini (2001-2011), Gereja-gereja secara global berada dalam komitment bersama menanggulangi kekerasan (DOV) melalui berbagai program pemberdayaan institusi gereja maupun perangkat dan lembaga advokasi yang dimilikinya. PGI dalam Sidang Raya XV tahun 2009 di Mamasa telah memetakan kebutuhan Gereja menjawab DOV tersebut yang antara lain menyebutkan pentingnya bagi Gereja-gereja untuk mengembangkan Budaya Damai Nir Kekerasan.
Kebutuhan ini berangkat dari potret dan realitas di mana Gereja berada dan berhadapan dengan berbagai bentuk pelanggaran HAM, kekerasan, eksploitasi seksual, liberalisasi pasar yang berorintasi kapitalisme modern, human trafficking, eksploitasi alam dan persoalan sumber daya alam (SDA). Namun juga menghadapi masalah mutu hidup seperti kemiskinan, kebodohan, lapangan kerja, minimnya akses dan problematik kesehatan (termasuk pendidikan kesehatan reproduksi dan seks). Hal-hal tersebut juga turut mengikis dan malah memusnahkan budaya damai yang melekat dalam kehidupan masyarakat selama ini.
Di samping berbagai bentuk kekerasan berbasis pelanggaran HAM yang dipetakan, kenyataan pula menunjukkan bahwa alam dan bumi berada dalam kondisi kritis. Pihak yang memiliki andil atas kehancuran alam dan bumi adalah manusia. Kekerasan manusia terhadap sesamanya yang dianggap tidak berdaya berabad-abad lamanya merupakan tipologi dari kekerasan manusia terhadap alam.
Persoalan-persoalan strategis dan mendesak tersebut membawa keprihatinan yang mendalam dari gereja-gereja di Indonesia, dan secara khusus kaum perempuan. Dalam upaya menggali dan mengembangkan kapasitas gereja dalam memberantas kekerasan berbasis HAM serta mengembangkan budaya damai, yang merupakan suatu agenda global Gereja-gereja, PGI melaksanakan serangkaian program Pemberdayaan dan Pengembangan Kapasitas Gereja termasuk Konas.
Dalam acara pembukaan Sekretaris Umum PGI, Pdt. Dr. Gomar Gultom memaparkan bahwa tujuan dasar pelaksanaan Konas adalah menjabarkan Pokok-Pokok Pikiran PGI yang menekankan gereja sebagai sahabat alam.
Konas 2013 ini bertujuan melakukan untuk mengevaluasi hasil-hasil Konas Ciawi pada tahun 2010, serta upaya penggalian dan pengembangan budaya damai yang akan dijabarkan dalam program strategis internal Gereja-gereja serta merumuskan issue-issue yang yang disampaikan pada Sidang Raya Gereja Dunia 2013 di Busan dan Sidang Raya PGI 2014 di Kepulauan Nias.
Konas ini menjabarkan afirmasi perdamaian, sebagaimana yang menjadi amanat Konfokasi Perdamaian Oikumenis Internasional (IEPC) sebagai kulminasi dari Dekade Menanggulangi Kekerasan (DOV) pada 2011.
Konas menjabarkan empat hal, yaitu Peace in The Community atau damai dalam Lingkup masyarakat di mana berbagai kehidupan yang dihubungkan dengan keluarga, kawasan pemukiman bertetangga, pekerjaan, peribadahan, kelompok masyarakat lain yang berbeda keyakinan dan berbeda budaya.
Yang kedua, Peace With the Earth atau damai bersama bumi dan alam semesta, yang dihubungkan dengan isu pemanasan global dan perubahan cuaca akibat berbagai eksploitasi alam dan berbagai bencana alam.
Ketiga, Peace in The market Place, atau damai di kawasan pasar atau perdagangan, antara lain menyangkut persoalan pasar tradisional rakyat yang terlibas pasar modern sebagai upaya liberalisasi pasar yang berorientasi kapitalisme modern. Gereja mempromosikan pasar dan perdagangan yang berkeadilan sebagai bentuk ekonomi kerakyatan.
Keempat, Peace among The People, damai di antara sesama manusia dalam mengembangkan solidaritas menembus segala perbedaan menghadapi berbagai tantangan keadilan dan kesejahteraan.
Penulis Pegiat pada Departemen Perempuan dan Anak PGI
Editor : Sabar Subekti
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...