Jebolnya Bendungan Way Ela Telah Diperkirakan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan bahwa akibat jebolnya bendungan Way Ela di Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, sekitar 5.200 warga harus mengungsi.
Bendungan yang jebol pada Kamis (25/7) pukul 10.30 WIT itu mengakibatkan seorang tewas, satu orang hilang, delapan luka berat dan 24 luka ringan. Korban terutama dari Desa Negeri Lima, Kecamatan Leyhitu.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan bahwa kepala BNPB telah melaporkan bencana ini pada Presiden Susilo bambang Yudhoyono. Dan badan ini telah mengerahkan dua helikopter untuk memberi bantuan pada para korban.
Sudah Diprediksi
Wae Ela merupakan bendungan alam yang disebut sebagai yang terbesar di dunia. Ukurannya sekitar 1.100 meter panjangnya dengan lebar 300 meter. Kedalaman air mencapai 80 meter. Volume air hampir 20 juta meter kubik atau 20 kali lipat dari bendungan Situ Gintung di Tangerang . Sebagian dari bendungan itu jebol pada Kamis itu.
Kondisi bendungan yang rawan, ditambah dengan meluapnya air jutaan kubik telah diketahui. BNPB telah memperkirakan bendungan itu bisa jebol pada 25 Juli. Dan kemarin Desa Negeri Lima disapu oleh air dari waduk akibat bendungan tersebut jebol.
Merespons peringatan tersebut, BPBD Maluku Tengah sudah menyiapkan tempat pengungsian seminggu sebelumnya. Menurut Juru Bicara BNPB, Rabu malam masyarakat sudah dievakuasi, karena kondisi bendungan Way Ela sudah sangat kritis. Dapur umum dan pos kesehatan juga telah beroperasi.
Menurut informasi BNPB, Bendungan Way Ela terbentuk secara alami pada 13 Juli 2012 atau setahun lalu akibat longsoran tebing yang menutup alur sungai di Desa Negeri Lima.
Jebolnya tanggul alami itu, karena curah hujan yang tinggi sehingga volume air waduk meningkat secara cepat. Karena sebagian spill tidak cukup kuat menahan air, akhirnya bendungan itu jebol. Tinggi banjir mencapai tujuh meter. Kondisi bendungan saat ini disebutkan sudah surut.
Data di BNPB menyebutkan kerusakan fisik yang terjadi adalah lebih dari 470 rumah rusak total. Bangunan yang rusak berat adalah tiga SD, SMAN 5 Leyhitu, satu madrasah, dua mushola, satu kantor KUD, satu jembatan hanyut. Sementara itu, sarana air bersih rusak total, dan sebuah tower milik operator telepon hanyut.
AS Memveto Resolusi PBB Yang Menuntut Gencatan Senjata di Ga...
PBB, SATUHARAPAN.COM-Amerika Serikat pada hari Rabu (20/11) memveto resolusi Dewan Keamanan PBB (Per...