Loading...
INDONESIA
Penulis: Kris Hidayat 20:41 WIB | Selasa, 29 Oktober 2013

Jemaat HKBP Filadelfia Rayakan Seren Taun di Kampung Cigugur

Jemaat HKBP Filadelfia Rayakan Seren Taun di Kampung Cigugur
Paduan Suara Jemaat HKBP Filadelfia di perayaan Seren Taun, Cigugur, Kuningan (26/10) (Foto-foto: Palti Panjaitan).
Jemaat HKBP Filadelfia Rayakan Seren Taun di Kampung Cigugur
Doa lintas iman dari dari kelompok penghayat.
Jemaat HKBP Filadelfia Rayakan Seren Taun di Kampung Cigugur
Sajian budaya dari masyarakat Kenekes (Baduy).
Jemaat HKBP Filadelfia Rayakan Seren Taun di Kampung Cigugur
Tarian adat Sunda.
Jemaat HKBP Filadelfia Rayakan Seren Taun di Kampung Cigugur
Pemain gondang dan kolaborasi alat musik.

KUNINGAN, SATUHARAPAN.COM - Jemaat HKBP Filadelfia Bekasi ikut terlibat dalam acara "Kidung Spiritual" di dalam rangkaian perayaan Seren Taun di Kampung Cigugur, Kuningan, Sabtu (26/10).

Kidung Spiritual adalah acara malam renungan dan doa dari berbagai komunitas antariman, menjelang puncak acara perayaan Seren Taun. Doa lintas agama itu dilaksanakan atas kesadaran penuh bahwa keberagaman adalah kebesaran dan kehendak Sang Pencipta. Peserta yang berasal dari berbagai daerah di Nusantara dengan latar belakang agama dan kepercayaan yang berbeda, bersama berdoa untuk kedamaian semesta alam.

Pendeta Palti Panjaitan, sebagai pemimpin jemaat HKBP Filadelfia, menuturkan bentuk kegiatan kebersamaan itu sebagai hal yang luar biasa, walaupun harus menempuh jarak lima jam dari Bekasi menuju Kampung Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Pada kesempatan tersebut, HKBP Filadelfia melantunkan doa melalui nyanyian pujian "Arbab" dan "Yesusku Tuhanku". Koor jemaat HKBP Filadelfia itu diiringi alat musik kolaborasi gondang Batak, seruling Batak, dipadu dengan alunan seruling Sunda dan gondang Sunda. Lagu "Yesusku Tuhanku" sengaja dipilih oleh paduan suara HKBP Filadelfia karena berirama Sunda.

Pendeta Panjaitan menggambarkan suasana kehidupan dalam keberagaman yang begitu indah, damai, dan harmonis, “Ketika sore hari, saya mendengar bunyi azan magrib dan lonceng gereja. Penduduk yang beragam agama begitu saling menerima dan menghormati.”

Ia terkesan dengan kesederhanaan dalam jamuan makan malamnya. “Ketika, tiba acara makan malam, saya disuguhi makanan produk hasil pertanian masyarakat setempat, tanpa ada produk peternakan dan perikanan. Nasi putih, nasi kuning, lauk ubi yang diiris menyerupai ikan teri, kentang yang diiris, mentimun, dan sambal, sungguh nikmat,” ia menjelaskan.

Dalam acara Doa Bersama, doa-doa dilantunkan dari berbagai agama dan kepercayaan, dari Kristen Protestan (GKP), Islam, Buddha, Katolik, Hindu, Kejawen, Sunda Wiwitan, Sapto Darmo, Kahuripan, Parmalim, Bahai, dan masih banyak lagi dari kepercayaan Nusantara. Semua orang yang berdoa bermohon untuk kedamaian Indonesia.

Budaya Bersyukur

Pada kesempatan itu juga digelar acara Ngareremokeun dari masyarakat Kenekes (Baduy). Upacara itu merupakan bertemunya energi hidup dari Sang Hyang Asri Pwah Aci yang disimbolkan dalam kekuatan tumbuhnya pucuk pohon dan kesuburan di tanah, dengan iringan angklung buncis. Tarian Sunda dihadirkan menutup acara, dengan salah satu penarinya adalah putri pemimpin masyarakat Sunda Wiwitan.

Seren Taun merupakan gelar budaya tradisional masyarakat agraris Sunda, yang  kali ini dipusatkan di Kelurahan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Tradisi itu dilaksanakan satu tahun sekali sebagai manifestasi luapan rasa syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Seren Taun dapat diartikan upacara penyerahan hasil panen yang baru mereka lewati, serta memohon berkah dan perlindungan Tuhan untuk tahun akan datang.

Masyarakat petani Sunda menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagai pencerminan kesadaran pribadi atas suatu kenyataan yang mereka terima, yakni hidup dan kehidupan, dengan kehalusan budi, cinta kasih, tata krama dalam menerima sentuhan cipta, rasa, dan karsa.

Produk hasil panen padi menjadi visualisasi upacara syukuran itu. Padi bagi masyarakat Jawa Barat tidak dipisahkan dengan kisah Dewi Sri yang memberikan kesuburan atas utusan jabaning langit yang turun ke bumi. Pada Upacara Seren Taun itulah kisah-kisah klasik pantun Sunda mengisahkan Dewi Sri.

Kesadaran diri sebagai makhluk Tuhan dengan nilai-nilai kemanusiaannya mengekspresikan kehalusan budi, cinta kasih, tata krama, merasakan betapa murah dan asihnya Tuhan dalam menganugerahkan hidup kehidupan dari tahun ke tahun, dari generasi ke generasi. Sepantasnya mereka mensyukuri karunia-Nya.

 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home