Jenderal di Thailand Didakwa Terlibat Perdagangan Manusia
BANGKOK, SATUHARAPAN.COM - Thailand akan mendakwa 72 orang, termasuk seorang perwira senior militer, terkait perdagangan manusia dari Myanmar dan Bangladesh mengguncang kawasan Asia Tenggara beberapa waktu lalu. Di antara terdakwa adalah Letnan Jenderal Monas Kongpan.
Langkah ini dilakukan setelah penyelundupan dan perdagangan manusia terbongkar pada bulan Mei ketika ribuan migran ditinggalkan di laut dan di kamp-kamp di hutan oleh pedagang, menyusul tindakan keras aparat Thailand. Krisis ini akhirnya memaksa respons yang di Asia Tenggara.
Kantor Jaksa Agung Thailand pada Kamis (23/7) mengeluarkan perintah untuk mendakwa 72 orang terkait 16 kasu pada jumlah besar perdagangan manusia, kata Juru bicaranya, Wanchai Roujanavong, dalam konferensi pers di Bangkok, hari Jumat (24/7).
"Kami tidak akan membiarkan orang-orang berpengaruh lebih tinggi dari keadilan," kata Wanchai. Disebutkan lebih dari selusin pejabat negara itu pada semua tingkatan akan diadili.
Dakwaan itu termasuk mengenai perdagangan manusia, keterlibatan dalam kejahatan internasional, mengambil dan membawa imigran gelap dan penyalahgunaan jabatan.
Kejaksaan Agung memprioritaskan kasus ini, karena merupakan sekelompok besar orang yang terlibat dalam sistem internasional. Hal itu menyebabkan banyak kerusakan ke negara, dan ada mayat yang ditemukan," kata Wanchai.
Penemuan mengerikan itu menunjukkan adanya puluhan kuburan migran di sepanjang perbatasan dengan Malaysia yang memicu tindakan keras terhadap para perdagangan.
Sebuah pengadilan di Provinsi Songkhla di wilayah selatan di mana makam itu ditemukan, secara resmi memproses surat dakwaan itu pada hari Jumat (24/7).
Di antara tersangka adalah Letnan Jenderal Manas Kongpan. Dia didakwa menjadi gembong penyelundupan besar dalam perdagangan manusia. Keterlibatannya dalam perdagan manusia menimbulkan pertanyaan aneh bagi pemimpin junta militer pimpinan Prayut Chan-O-Cha, yang telah berulang kali melakukan kudeta tahun lalu.
Sementara Manas dipromosikan oleh Prayut sebagai panglima militer. Namun dia masih satu-satunya perwira militer yang dituduh terlibat dalam penyelundupan manusia. Hal ini dipertanyakan di kalangankelompok hak asasi manusia dan pengamat yang mengatakan tidak mungkin seorang perwira berpengaruh bertindak sendirian.
Tak satu pun dari tersangka itu akan diberi jaminan pembebasan, kata Wanchai menambahkan.
Sekitar 4.500 migran warga Rohingya dan Bangladesh terdampar di perairan Asia Tenggara dalam beberapa bulan terakhir. Negara-negara ASEAN enggan menerima mereka, sehingga akhirnya mereka mendarat di Malaysia, Indonesia, Bangladesh, Myanmar dan Thailand.
Jakbar Tanam Ribuan Tanaman Hias di Srengseng
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Suku Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Jakarta Barat menanam sebanyak 4.700...