Jepang Khawatirkan Kejahatan Siber
TOKYO, SATUHARAPAN.COM – Sebuah survei yang diterbitkan pemerintah Jepang menunjukkan hampir 90 persen responden khawatir tentang kemungkinan serangan siber pada perusahaan Jepang dan organ-organ pemerintah.
Seorang pejabat Badan Kepolisian Nasional, seperti diberitakan japantimes.co.jp, Sabtu (29/8), mengatakan survei Kantor Kabinet mencerminkan meningkatnya kecemasan di antara orang-orang tentang serangan siber.
Dalam jajak pendapat, yang dilakukan oleh Kantor Kabinet pada bulan Juli 2015, hampir 85,7 persen menyuarakan keprihatinan tersebut, sementara 6,8 persen tidak.
Survei tersebut menunjukkan bahwa 93,2 persen khawatir terhadap meningkatnya kejahatan internet, dengan 56,4 persen memiliki kekhawatiran tentang menggunakan internet, naik 11 persen dari sebelumnya pada tahun 2007.
Dalam beberapa jawaban, 80,7 persen dari responden khawatir serangan siber datang dari data di komputer melalui infeksi virus, sementara 65,2 persen responden khawatir datangnya ancaman keamanan nasional karena kebocoran rahasia diplomatik atau pertahanan.
Dalam salah satu insiden terbaru dari kebocoran data karena serangan siber yakni saat pemerintah Jepang kehilangan data layanan pensiun sekitar 1 juta orang pada Mei 2015. Data yang hilang antara lain nomor pensiun, nama, tanggal lahir dan alamat.
Menurut Komite Survei Internal yang dibentuk oleh Lembaga Pelayanan Pensiun Jepang mengatakan dalam sebuah laporan yang dirilis pada Kamis (27/8) lembaga tersebut lambat merespon atas longgarnya pengawasan terhadap serangan siber, karena serangan tersebut memungkinkan hilangnya data pribadi dari 1,25 juta orang. Badan ini tidak memiliki prosedur rinci untuk menangkis serangan siber, Badan ini tidak memiliki kesadaran akan kebutuhan untuk melindungi informasi pribadi. (japantimes.co.jp)
Ikuti berita kami di Facebook
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...