Jepang Operasikan Kembali Reaktor Nuklir Sendai
TOKYO, SATUHARAPAN.COM - Melalui aturan keselamatan baru Pemerintah Jepang mengoperasikan kembali pembangkit listrik tenaga nuklir untuk pertama kalinya sejak bencana Fukushima pada 2011 lalu.
Perusahaan Listrik Kyushu menyatakan reaktor nuklir di Sendai akan beroperasi kembali pada hari Selasa (11/8), pukul 10.30 waktu setempat. Reaktor tersebut diperkirakan akan mulai menghasilkan listrik pada Jumat (14/8) mendatang dan mencapai kapasitas optimal bulan depan.
Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe mengatakan reaktor nuklir dihidupkan setelah melalui ‘prosedur keselamatan paling pelik sedunia’.
“Saya ingin Kyushu Electric menempatkan keselamatan sebagai yang utama dan mengambil langkah kewaspadaan saat menghidupkan (reaktor) kembali,” kata Shinzo Abe sebagaimana dikutip BBC, hari Selasa (11/8).
Semua pembangkit listrik tenaga nuklir telah dimatikan sejak bencana gempa dan tsunami pada 2011 yang mengakibatkan kebocoran radioaktif pada PLTN Fukushima. Akan tetapi, pemerintah Jepang mengatakan memerlukan tenaga nuklir untuk memangkas biaya impor energi sekaligus mengurangi emisi CO2.
Dukungan pemerintah terhadap energi nuklir membuat sejumlah perusahaan listrik mengajukan langkah menghidupkan kembali 25 PLTN, meskipun mendapat tentangan publik.
Sistem Keselamatan
Wartawan BBC di Tokyo melaporkan pengoperasian PLTN Sendai dibarengi dengan pemasangan sistem keselamatan baru senilai US$100 juta atau setara dengan Rp 1,35 triliun.
Pengoperasian reaktor nuklir yang dijalankan dengan menerapkan sistem keselamatan baru disetujui Badan Regulasi Nuklir Jepang pada September 2014 lalu. Menurut rencana, langkah itu akan ditiru reaktor nuklir kedua yang dijadwalkan beroperasi pada Oktober mendatang.
Akan tetapi, sejumlah pakar memperingatkan bahwa reaktor nuklir yang tidak bekerja selama bertahun-tahun akan mengalami masalah ketika dioperasikan kembali.
Di sisi lain, para warga setempat khawatir pengoperasian pembangkit listrik tenaga nuklir akan mendatangkan ancaman bahaya. Oleh karena itu, mereka melancarkan aksi demonstrasi di depan PLTN Sendai selama beberapa hari.
Turut bersama massa demonstran ialah Naoto Kan, perdana menteri Jepang yang menjabat sewaktu krisis Fukushima terjadi. Dia mengatakan kepada massa, “Kami tidak perlu pembangkit listrik tenaga nuklir.”
Naoto Kan beralasan bencana Fukushima telah menyingkap mitos tenaga nuklir yang aman dan murah. Sebaliknya, kata dia, PLTN berbahaya dan mahal.
Sedikitnya 16.000 orang meninggal dan lebih dari 2.500 lainnya dinyatakan hilang ketika gempa dan tsunami melanda pesisir Jepang pada Maret 2011. Kendati demikian, dari jumlah tersebut tiada yang terkait langsung dengan kebocoran radioaktif di PLTN Fukushima.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...