Jerman Bangun Fasilitas Perawatan Korban Kekerasan oleh NIIS
BERLIN, SATUHARAPA.COM - Menteri Pembangunan Jerman, Gerd Müller, mengatakan kepada pers tentang rencana pemerintah untuk mebangun fasilitas perawatan bagi korban kekerasan yang dilakukan oleh Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS). Di antara negara-negara Eropa, Jerman memiliki jumlah tertinggi para pencari pencari suaka.
Kepada surat kabar Bild, hari Senin (22/12), Gerd Müller mengatakan bahwa Berlin berencana membangun sebuah pusat trauma di Jerman untuk korban perkosaan massal yang dilakukan oleh militan NIIS di Suriah dan Irak.
Müller mengatakan bahwa ketika berkunjung ke Irak dia berbicara dengan lima gadis muda yang pernah ditahan oleh NIIS dan diperkosa. Tiga dari mereka tengah hamil.
"Kita harus merawat gadis tersebut," kata Müller kepada koran itu. Fasilitas perawatan di Jerman itu bisa melayani setidaknya 100 perempuan dan anak perempuan. Namun dia tidak memberikan penjelasan kapan projek itu dikerjakan dan di mana fasilitas tersebut akan dibangun.
Pernyataan Müller muncul setelah sebuah laporan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengungkapkan bulan lalu tingkat kejahatan yang dilakukan oleh NIIS pada orang-orang yang tinggal di kota-kota yang mereka kuasai. Komisi Penyelidikan PBB di Suriah merilis dokumen yang mendeskripsikan secara penuh pembantai mengerikan, penyiksaan, perbudakan seksual dan kehamilan paksa.
Islamisasi Jerman
Jerman telah menjadi tujuan utama di Eropa bagi para pencari suaka. Sekitar 230.000 permohonan suaka diperkirakan diajukan pada tahun 2015, naik dari perkiraan awal sekitar 200.000 permohonan.
Peningkatan arus pencari suaka telah melahirkan sebuah gerakan populis yang sering disebut PEGIDA (Patriotic Europeans Against the Islamization of the West atau Patriot Eropa Melawan Islamisasi pada Barat). Mereka mengadakan demonstrasi terhadap apa yang mereka lihat sebagai Islamisasi Jerman di kota-kota Jerman seperti Bonn, Düsseldorf, dan Kassel.
Di Dresden, kelompok itu telah mengadakan protes yang didukung beberapa ribu orang setiap hari Senin selama beberapa pekan. Gerakan ini juga sering disertai kelompok kontra, yaitu para demonstran membawa bawah bendera No-PEGIDA. (dw.de)
Pemerhati Lingkungan Tolak Kekah Keluar Natuna
NATUNA, SATUHARAPAN.COM - Pemerhati Lingkungan di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau (Kepri) menolak h...