Jerman Ingatkan Risiko Revolusi Baru dalam Konflik Israel-Palestina
BERLIN, SATUHARAPAN.COM – Para pejabat Jerman memperingatkan bahaya dari perlawanan Palestina yang baru-baru ini terjadi pada hari Senin (5/10) di mana kekerasan terus berlanjut di Tepi Barat dan Yerusalem.
Peringatan itu datang ketika dua remaja Palestina tewas dalam dua bentrokan terpisah dengan militer Israel dalam waktu tidak lebih dari 24 jam.
“Yang mungkin menanti kita di sini adalah seperti bentuk perlawanan yang baru,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Jerman Martin Schaefer. Mereka juga menambahkan Berlin sangat prihatin terhadap peningkatan kekerasan yang telah merenggut beberapa nyawa.
Schaefer mendesak kedua belah pihak untuk melanjutkan pembicaraan untuk mencapai solusi permanen.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dijadwalkan tiba di Berlin pada hari Kamis (8/10) untuk bertemu dengan Kanselir Jerman Angela Merkel.
Komentar dari perjabat Jerman tersebut datang satu hari setelah Presiden Palestina Mahmoud Abbas meminta Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-Moon untuk memperluas perlindungan internasional untuk Palestina “sebelum semuanya terjadi di luar kendali,” menurut laporan dari kantor berita resmi Palestina WAFA.
Ban Ki-Moon mengeluarkan pernyataan pada hari Minggu (4/10) malam, mendesak kedua pemimpin Palestina dan Israel untuk “mengutuk kekerasan dan hasutan, menenangkan dan melakukan segala sesuatu yang mereka bisa untuk menghindari eskalasi lebih lanjut.”
Ban mengatakan dia sangat prihatin bahwa insiden terbaru ini menjadi semakin berbahaya.
Pada hari Senin (5/10) pagi, seorang anak Palestina berumur 13 tahun ditembak mati oleh tentara Israel di dekat kota Betlehem Tepi Barat, kata sebuah rumah sakit Palestina.
Rumah sakit tersebut mengidentifikasi anak itu bernama Abdel-Rahman Abeidallah dari kamp pengungsi dekat al-Aidah dan mengatakan Abdel meninggal karena luka peluru yang menembus jantung.
Peristiwa ini terjadi setelah seorang pemuda Palestina berusia 18 tahun tewas pada Minggu (4/10)mdalam bentrokan dengan tentara Israel di sebuah pos pemeriksaan di Tepi Barat dekat kota Tulkarem. Beberapa warga Palestina lainnya terluka di tempat kejadian.
Bulan Sabit Merah melaporkan bahwa sekitar 450 warga Palestina terluka dalam bentrokan antara tentara Israel dan pemukim dalam 24 jam terakhir. Sekitar 36 orang terluka akibat peluru amunisi dan 136 orang lainnya terluka oleh peluru karet berlapis. Sementara yang lainnya menderita luka akibat menghirup gas air mata, kata organisasi Bulan Sabit Merah.
Dalam menanggapi lonjakan kekerasan, Netanyahu mengumumkan bahwa dia bermaksud melakukan percepatan pembongkaran rumah milik orang-orang Palestina yang terlibat dalam serangan terhadap Israel.
Netanyahu juga mengatakan bahwa Israel akan memperluas kebijakan menempatkan pemberontak di penahanan administratif dan melarang mereka terlibat dalam hasutan dari Old City Yerusalem termasuk al-Aqsa.
Polisi Israel mengumumkan bahwa mereka akan melarang warga non-Palestina pergi ke Old City selama dua hari sejak hari Minggu (4/10), kecuali bagi mereka yang bekerja di sana. Namun, kekerasan terus terjadi di tempat lain di Yerusalem, termasuk kerusuhan, pelemparan batu dan serangan lainnya.
Dua roket juga ditembakkan ke arah Israel dari Gaza pada hari Minggu (4/10) malam. Sebuah kelompok yang berafiliasi dengan ISIS di Gaza mengaku bertanggung jawab. Pada hari Senin (5/10) pagi, IDF menyerang Hamas di Gaza utara. Tidak ada korban luka yang dilaporkan di kedua sisi.
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...