JK Sweeping Sound System Masjid
PATI, SATUHARAPAN.COM – “Sweeping” posisi sound system masjid adalah salah satu kesibukan mantan wakil presiden Indonesia, Jusuf Kalla (JK)yang sejak dulu ia lakoni. Itu ia lakukan setiap ke daerah dan mampir salat di masjid. Misalnya, pada kunjungan JK ke Pati, Jawa Tengah, akhir pekan lalu (15/9), JK menyisakan waktu diskusi dengan pengurus masjid Raya Pati tentang tata letak loud speaker yang ternyata sangat berpengaruh terhadap kejernihan suaranya.
“Sebaiknya posisi loud speaker, diletakkan satu arah ke depan, seperti posisi speaker pada acara acara konser musik rock,” kata JK memberi kursus singkat. “Dan, cara test-nya tidak cukup dengan menyebut angka, ‘test 1-2-3,’ tetapi sebaiknya baca koran sambil pantau audionya,” kata JK sambil lesehan dengan sejumlah pengurus Masjid Raya Pati. Kualitas loud speaker masjid ini kata JK sangat bagus, tinggal tata letaknya yang perlu diperbaiki.
Nanti kita akan perbaiki semua, dan Dewan Masjid Indonesia akan siapkan 100 unit mobil service yang bisa bekerja terpadu, memperbaiki tata letak sound system, melatih standar kebersihan di tiap masjid termasuk untuk perawatan perangkat elektronik masjid, seperti jaringan kabel, AC maupun kipas angin. “Sehingga masjid-masjid makin terawat dan nyaman sebagai tempat ibadah dan aktivitas sosial kemasyarakatan,” ujar JK.
Jauh sebelum jadi Ketua Dewan Masjid Indonesia, M. Jusuf Kalla, sudah menjadi “aktivis” masjid yang tekun. Perannya sejak muda membantu mendiang ayahnya Hadji Kalla, sebagai bendahara abadi Masjid Raya Makassar, membuatnya sejak kecil ia sudah akrab dengan lingkungan masjid. Terakhir, ia ditunjuk sebagai Penanggung Jawab pembangunan Masjid Al Markaz Al Islami Makassar kemudian menjadi Ketua Yayasan.
Tidak heran ketika dipilih menjadi Ketua Dewan Masjid Indonesia, JK langsung merasa nyaman dengan pekerjaan barunya itu. Gebrakan JK langsung dilancarkan, di antaranya menata sound system masjid. Alasannya sederhana, lebih 50% masjid di Indonesia sound system-nya tidak nyaman di telinga. Karena itu jemaah tidak bisa mendengar khotbah seorang khatib dengan baik terutama pada hari Jumat. “Bagaimana umat bisa memahami ajaran agama dengan baik, kalau pesan khatib tidak sampai?” kata JK.
Bahkan dalam nada berkelakar, JK mengatakan, “Lebih mungkin seorang sopir angkot yang ugal ugalan membuat penumpangnya masuk surga, ketimbang seorang khatib yang khotbah di masjid yang sound sistem-nya jelek. Sebab, sopir ugal-ugalan, membuat penumpang mencari Tuhan, karena dipaksa istigfar berkali kali. Sedangkan khatib yang khotbah di masjid yang sound system-nya jelek, justru membuat jemaah ngantuk, ada juga yang sengaja batuk-batuk, pertanda tak puas,” kata JK.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...