Joe Biden Sebut Invasi Rusia ke Ukraina sebagai Genosida
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, untuk pertama kalinya menyebut invasi Rusia di Ukraina sebagai “genosida” pada hari Selasa (12/4).
Berbicara di Iowa pada sebuah acara tentang langkah-langkah yang diambil pemerintahannya untuk menahan kenaikan biaya bahan bakar karena perang, Biden menyebut konflik tersebut, yang telah melihat Rusia melakukan kekejaman terhadap warga sipil Ukraina, sebagai “genosida.”
Biden berkata: “Anggaran keluarga Anda, kemampuan Anda untuk mengisi tangki Anda, tidak ada yang harus bergantung pada apakah seorang diktator menyatakan perang dan melakukan genosida di belahan dunia lain.”
Biden sebelumnya telah menyatakan bahwa dia tidak percaya tindakan Rusia sama dengan genosida, seperti yang dikatakan pejabat pemerintah Ukraina, tetapi lebih merupakan “kejahatan perang.”
Sementara itu, pejabat Ukraina mengatakan buronan oligarki Ukraina, Viktor Medvedchuk, yang merupakan mantan pemimpin partai oposisi pro Rusia dan rekan dekat pemimpin Rusia Vladimir Putin, telah ditahan dalam operasi khusus yang dilakukan oleh pasukan rahasia SBU negara itu.
Ivan Bakanov, kepala badan keamanan nasional Ukraina, mengatakan di saluran Telegram badan tersebut bahwa Medvedchuk telah ditahan. Pernyataan itu muncul tak lama setelah Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, memposting di media sosial foto Medvedchuk duduk dan diborgol dan mengenakan seragam kamuflase dengan tambalan bendera Ukraina.
Medvedchuk adalah mantan pemimpin Platform Oposisi partai pro Rusia, For Life.Dia ditahan di bawah tahanan rumah sebelum perang dimulai dan menghilang tak lama setelah perang pecah.
Putin adalah ayah baptis putri bungsu Medvedchuk.
Ada Laporan Penggunaan Senjata Kimia
Sementara dari Den Haag, Belanda, dilaporkan Den Haag, pengawas senjata kimia global, Organization for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW) mengatakan “prihatin dengan adanya laporan penggunaan senjata kimia yang belum dikonfirmasi baru-baru ini di Mariupol” dan sedang memantau situasi di Ukraina.
Juru bicara Organisasi Pelarangan Senjata Kimia itu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tuduhan tersebut mengikuti “laporan di media selama beberapa pekan terakhir tentang penembakan yang ditargetkan pada pabrik kimia yang terletak di Ukraina, bersama dengan tuduhan yang dilontarkan oleh kedua belah pihak seputar kemungkinan penyalahgunaan senjata kimia dan bahan kimia beracun.”
Juru bicara itu mengatakan dalam pernyataan hari Selasa (12/4) bahwa “penggunaan senjata kimia di mana saja oleh siapa pun dalam keadaan apa pun adalah tercela dan sepenuhnya bertentangan dengan norma hukum yang ditetapkan oleh komunitas internasional terhadap penggunaan semacam itu.”
Baik Rusia dan Ukraina termasuk di antara 193 negara anggota organisasi tersebut.
Organisasi pemenang Hadiah Nobel Perdamaian itu mengatakan bahwa mereka “tetap siap membantu negara pihak mana pun atas permintaannya, dalam hal penggunaan atau ancaman penggunaan senjata kimia.” (AP)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...