Jokowi Lontarkan Peringatan Keras kepada PM Australia
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Dalam wawancara pertamanya dengan wartawan Australia sejak terpilih sebagai Presiden RI, Joko Widodo melontarkan peringatan keras kepada Perdana Menteri Australia, Tony Abbott. Jokowi mewanti-wanti Australia untuk tidak sekali-kali melanggar kedaulatan Indonesia dalam upaya negara itu menghambat masuknya kapal-kapal yang ditumpangi pencari suaka.
Dalam wawancara eksklusif dengan Fairfax Media (17/10), Jokowi menegaskan ia akan bertindak lebih tegas bila dibandingkan dengan sikap rivalnya pada pilpres lalu --Prabowo Subianto-- apabila Australia melakukan tindakan yang mengganggu kedaulatan negara.
Jokowi mengatakan dia tidak dapat menerima apabila Angkatan Laut Australia memasuki perairan Indonesia tanpa izin dalam rangka memulangkan kapal-kapal pencari suaka.
"Kami akan memberikan peringatan, dan hal itu tidak bisa diterima," kata Jokowi.
Jokowi menyuarakan keprihatinannya tentang kebijakan konfrontatif Australia terhadap pencari suaka. Ia memperingatkan kemungkinan AL Australia merambah ke perairan Indonesia tanpa izin seperti yang mereka lakukan pada lima kesempatan tahun lalu.
"Ada hukum internasional, dan hukum internasional harus kita hormati," Jokowi mengingatkan.
Meskipun demikian, Jokowi juga mengetengahkan rencana positifnya untuk memperkuat hubungan diplomatik dengan Australia. Menurut dia, hubungan dengan Australia akan ditingkatkan termasuk dalam hal kerja sama di bidang pertahanan dan intelijen.
Laporan Lowy Institute, sebuah lembaga pemikir yang berbasis di Australia, baru-baru ini, menggambarkan adanya kekhawatiran di kalangan pemerintahan Australia tentang ketidakpastian hubungan dengan Indonesia di bawah pemerintahan Jokowi.
Laporan itu menilai, pemerintahan SBY telah memberi sumbangan yang signifikan dalam hubungan Australia dengan Indonesia. Kendati SBY tidak sepenuhnya memberi keistimewaan kepada negara tetangga itu, tetapi ia dinilai memiliki niat yang serius dan aktif dalam menjalankan hubungan kerja yang lebih positif dengan Australia.
Pada sisi lain, Jokowi dinilai tidak asing terhadap Australia. Secara pribadi ia kerap mengunjungi negara itu, dan anaknya pun bersekolah di sana. Meskipun demikian, Jokowi memiliki sikap yang keras juga. Selama perdebatan kebijakan luar negeri pada 22 Juni lalu, media Australia mengutip pernyataan Jokowi yang mengatakan bahwa Australia tidak selalu menghormati martabat Indonesia karena kurangnya kepercayaan antara keduanya.
Lowy Institute menengarai, hubungan bilateral Australia-Indonesia dapat lebih sulit di masa Jokowi, terutama oleh karena aspirasi nasionalistik yang semakin kental di legislatif dan juga kementerian luar negeri. Skandal spionase yang merusak hubungan antara Australia dan Indonesia pada tahun 2013, misalnya, bisa lebih sulit diselesaikan di bawah pemerintahan Jokowi daripada di bawah SBY.
Editor : Sotyati
Cara Telepon ChatGPT
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perusahaan teknologi OpenAI mengumumkan cara untuk menelepon ChatGPT hing...