Jumlah Pekerjaan Tetap di Dunia Berkurang
JENEWA, SATUHARAPAN.COM - Organisasi Buruh Internasional atau International Labor Organization (ILO) memperingatkan berkurangnya bentuk pekerjaan yang umum akan berujung pada peningkatan kemiskinan akibat ketidakpastian yang meluas di pasar kerja global, demikian laporan Perkiraan Pekerjaan dan Sosial Dunia 2015, hasil penelitian ILO mengenai "Perubahan Jenis Pekerjaan".
Orang-orang yang merupakan pegawai perusahaan yang mengandalkan pekerjaan tetap, gaji, dan pensiun di akhir masa kerjanya, adalah jenis yang kini sudah langka. Data baru menunjukkan kurang dari satu dari empat orang saat ini yang bekerja dengan bentuk pekerjaan yang umum.
Laporan ILO menganalisa tren pekerjaan di negara-negara yang meliputi 84 persen tenaga kerja global.
Penelitian itu mendapati, tiga perempat tenaga kerja bekerja dengan kontrak, sementara atau jangka pendek, di pekerjaan yang informal atau pekerjaan keluarga tanpa dibayar.
Direktur Jenderal ILO Guy Ryder mengatakan, lebih dari 60 persen tenaga kerja, kebanyakan di negara berkembang, tidak memiliki kontrak kerja. Ia menambahkan di antara tenaga kerja ini, yang menerima upah dan gaji, kurang dari separuhnya yang mempunyai kontrak kerja permanen.
“Satu konsekuensi transformasi jenis hubungan kerja ini adalah kontribusinya terhadap semakin meningkatnya jurang antara pendapatan buruh dan produktivitas, produktivitas meningkat lebih cepat daripada upah, di sebagian besar pelosok dunia, dan kami pikir merupakan faktor penting dalam krisis lapangan kerja saat ini. Laporan kami memperkirakan konsekuensi kerugian dari permintaan global tren lapangan kerja saat ini adalah 3,7 triliun dolar (Rp 48.000 triliun)," kata Ryder.
Laporan terbaru ILO ini memperkirakan, jumlah pengangguran global adalah 201 juta, 30 juta lebih banyak dari sebelum krisis ekonomi global tahun 2008 terjadi.
Ryder mengatakan, pergeseran hubungan kerja tradisional ke bentuk non-permanen memicu pengangguran yang semakin meningkat, dan peningkatan tingkat kesenjangan dan kemiskinan di banyak negara.
“Tenaga kerja sementara dan informal, paruh waktu, pekerja keluarga yang tidak dibayar, banyak di antara mereka perempuan, terkena dampak besar kemiskinan dan pengucilan sosial. Dan secara umum, bentuk pekerjaan yang tidak standar diiringi dengan bayaran yang lebih sedikit dan perlindungan sosial yang jauh berkurang," katanya.
Ryder menambahkan, data dari sebagian besar negara-negara dunia mendapati jenis pekerjaan paruh waktu lebih banyak, dari pekerjaan tetap antara tahun 2009 dan 2013.
Laporan tersebut menyebutkan, jumlah upah dan pekerjaan dengan gaji tetap terus tumbuh di seluruh dunia, tapi dengan variasi yang luas di berbagai wilayah.
Contohnya, laporan itu mengatakan negara-negara maju di Eropa Tengah dan Tenggara, sekitar delapan dari 10 pekerja adalah pegawai. Di sisi lain, laporan tersebut menyebutkan jumlah itu lebih mendekati dua dari 10 tenaga kerja di Asia Selatan dan di Sub Sahara Afrika. (voaindonesia.com)
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...