Kabut Asap, Petani Sawit Riau Rugi Rp 372 Miliar
PEKANBARU, SATUHARAPAN.COM – Forum Balai Penelitian Perkebunan Kelapa Sawit (FBP-PKS) Riau mencatat potensi kerugian yang akan dialami petani kelapa sawit Perkebunan Inti Rakyat (PIR) Riau sebesar Rp 372 miliar atau Rp 5.037.771/hektare per tahun.
“Perhitungan kerugian detail akan dapat dihitung proporsional dari bulan kering yang akan dihadapi terhadap distribusi penyebaran produksi (VYC) per tahun,” kata peneliti dari FBP-PKS Riau, Dr Ir Hinsatopa Simatupang, MM di Pekanbaru, Jumat (14/3).
Menurut dia, yang juga dari Balai Penelitian PTPN-V, dengan “First Resources” PT Sinar Mas, PT Astra, PT Minamas, dan PT Indofood itu, terjadinya penurunan produksi baru akan dimulai sekitar awal Juli 2014.
Ia menyebutkan kerugian sebesar Rp 372 miliar itu berdasarkan kajian lebih khusus akibat kabut asap dan kekeringan terhadap perkebunan kelapa sawit pada area seluas 2.372.401 hektare.
“Areal lahan sawit seluas itu terdiri atas Perkebunan Besar Swasta Nasional (PBSN) 977.625 ha (41,2 persen), Perkebunan Besar Negara (PBN) 79.546 ha (3,4 persen), dan kebun rakyat luas 1.315.230 ha (55 persen), termasuk di dalam perkebunan PIR yang tergabung dalam Asosisasi Petani PIR Riau, seluas 134.000 ha dengan jumlah anggota 74.000 keluarga,” katanya.
Dampak kabut asap itu, katanya, berakibat terjadinya penurunan produksi yang pada akhirnya berkurangnya kiriman dana segar ke desa (sentra produksi), otomatis akan dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan dan sosial ekonomi di pedesaan.
“Kekeringan pada kelapa sawit akan dapat mengakibatkan turunnya produksi sampai dengan 15 persen,” kata dia yang juga anggota GAPKI Riau.
Ia menjelaskan, dampak dari kabut asap secara teknis budidaya tanaman kelapa sawit akan mengalami berbagai hambatan di antaranya matinya serangga penyerbuk (Elaidobius kameronicus) sehingga mengganggu proses penyerbukan dan berpotensi turunnya produksi sampai tiga persen.
Kabut asap, juga menghambat sinar matahari pada proses fotosintesis tanaman sawit sehingga akan menimbulkan “ayunan” produksi, yakni pematangan buah lebih lama, juga penundaan kematangan tandan buah sawit dan berkurangnya bobot berat janjang buah sawit.
“Dengan asumsi produksi CPO kelapa sawit Riau sejumlah 7,26 juta ton pada tahun 2014, dengan harga CPO Rp 10.000/kg, maka akan bernilai Rp 72,6 triliun,” katanya dan menambahkan dengan potensi penurunan produksi 10 persen maka nilai kerugian akan mencapai Rp 7,2 triliun pada tahun 2013.
Hinsatopa mengatakan, khusus untuk akibat tidak adanya cahaya matahari yang maksimal karena terhambat kabut asap tahun 2014, maka serangga penyerbuk (Elaidobius kameranicus) akan mati, sehingga mengakibatkan penurunan produksi sampai tiga persen dan berpotensi mengakibatkan kerugian finansial Rp 2,17 triliun. (Ant)
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...