Kafein: Baik Atau Buruk?
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kafein, berdasarkan laporan newscientist adalah “obat psikoaktif” paling populer di seluruh planet. Di Amerika sendiri, lebih dari 90% orang dewasa diperkirakan mengkonsumsinya setiap hari. Aroma dari secangkir kopi atau teh di pagi hari sudah tidak asing lagi. Ini adalah ritual pagi saat akan memulai kerja, bagi miliaran orang di dunia.
Kafein punya beberapa efek positif berdasarkan penelitian Kesehatan Masyarakat dari Harvard University. Diantaranya berhubungan dengan pengurangan risiko kanker prostat dan menurunnya risiko diabetes tipe 2 dengan mengkonsumsi teh dan kopi.
Keuntungan lain dari konsumsi kopi, dilansir dari BBC ada penelitian yang menyebutkan bahwa kopi kaya akan anti-oksidan yang melindungi tubuh dari radikal bebas. Wanita yang mengkonsumsi kopi dua cangkir setiap harinya lebih tahan terhadap depresi yang dilaporkan pada penelitian lainnya.
Di Finlandia, negara pengkonsumsi kafein terbanyak dunia, rata-rata mengkonsumsi empat sampai lima cangkir kopi setiap harinya. “Menurut kami, konsumsi tersebut masih wajar, lagipula kafein tidak memicu risiko berbahaya” kata Sanna Kiuru, pegawai negeri dari Evira yang merupakan sebuah lembaga keamanan pangan di Finlandia.
Bagi kebanyakan pengkonsumsi, kafein memberikan efek menstimulasi kesadaran, yang bisa membantu pekerjaan cepat selesai. “Yang membedakan kopi yaitu digunakan untuk alat prodiktivitas, dan bukan kesenangan seperti ganja atau alkohol,” kata Stephen Braun penulis Buzz, Ilmu Pengetahuan tentang Alkohol dan Kafein.
Akibat Kecanduan
Koresponden BBC Skotlandia, Ken Macdonald menunjukkan hasil scan MRInya (magnetic resonance imaging) untuk melihat aktifitas dengan atau tanpa kafein. Ia tidak meminum kopi dan sejenisnya yang mengandung kafein (misal cola, coklat, dll) selama 24 jam.
Setelah 24 jam ia merasa muram dan sakit kepala. Setelah itu ia terus membayangkan secangkir kopi yang nikmat untuk diminum. Hasil scan MRI menunjukkan otak yang tanpa kafein. Sebagaimana narkoba, kafein seperti telah menyatu dengan darahnya. Zat kimia semacam ini disebut adenosin.
Profesor psikobiologi Peter Rogers dari Bristol University dengan jelas mengatakan bahwa kondisi ini adalah kecanduan kafein. “Kafein seharusnya zat yang diproduksi tubuh secara alamiah, ini yang disebut neuromodulator yang berdampak pada fungsi fisiologis,” katanya.
Ia menambahkan, “apa yang seharusnya diproduksi tubuh secara alami, dihentikan oleh kafein dari kopi tersebut.”
“Banyak orang tidak sadar berapa banyak kafein yang mereka konsumsi,” kata Lynn Goldman dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Layanan Kesehatan George Washington University. “Hasilnya, tanpa disadari membuat masalah bagi diri mereka seperti insomnia, gangguan pencernaan, tekanan darah,” lanjutnya.
Kafein meskipun ada sisi positifnya, tidak ada salahnya jika membatasi diri dari konsumsi yang berlebihan untuk mencegah efek negatif yang juga menyertainya.
Editor : Yan Chrisna
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...