Kamp Pencari Suaka di Yunani Terbakar, Ribuan Kehilangan Tempat Tinggal
ATHENA, SATUHARAPAN.COM-Otoritas Yunani berusaha melindungi ribuan pencari suaka yang kehilangan tempat tinggal di Lesbos setelah kamp migran utama di pulau itu musnah akibat kebakaran berulang-ulang.
Kementerian migrasi pada hari Kamis (10/9) mengatakan sebuah feri telah dikirim untuk menampung sementara ratusan orang, menjelang kedatangan Wakil Presiden Komisi Eropa, Margaritis Schinas, untuk memeriksa kondisi di pulau itu.
Kebakaran pertama terjadi pada hari Selasa (8/9) malam di kamp Moria, fasilitas migran terbesar dan paling terkenal di Yunani. Kebakaran itu membuat ribuan orang melarikan diri demi keselamatan ke perkebunan zaitun di sekitarnya.
Tidak ada yang terluka parah, tetapi kobaran api pada awalnya menghancurkan bagian resmi kamp, ââyang menampung 4.000 orang, kata menteri. Sementara 8.000 lainnya tinggal di tenda-tenda dan gubuk-gubuk sementara di sekelilingnya dan banyak yang rusak parah.
Kebakaran kedua terjadi pada hari Rabu (9/9) malam menghancurkan sebagian besar kamp yang tersisa, kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.
“Hari ini semua tindakan yang diperlukan akan diambil untuk segera melindungi keluarga dan orang yang rentan,” kata kementerian. Dua kapal angkatan laut Yunani akan menyediakan tempat tidur tambahan, kata kementerian itu.
Api dari Karantina
Menteri Migrasi Yunani, Notis Mitarachi, pada hari Rabu mengatakan para pencari suaka telah menyalakan api, karena tindakan karantina yang diberlakukan setelah 35 orang di kamp dinyatakan positif mengidap virus corona.
Para pejabat telah mengumumkan keadaan darurat empat bulan di Lesbos dan menerbangkan polisi anti huru-hara tambahan.
Negara-negara Eropa, dari Jerman hingga Norwegia, bersama dengan para pemimpin Uni Eropa, telah menanggapi dengan menawarkan bantuan, di tengah seruan untuk reformasi sistem suaka blok yang mendesak.
Sejak menjadi salah satu gerbang utama ke Eropa bagi para migran dan pencari suaka pada tahun 2015, Yunani telah membangun lusinan pusat penahanan di seluruh negeri. Tetapi dengan negara-negara Eropa hanya menerima sedikit pengungsi, ribuan tetap terperangkap di kamp-kamp Yunani tanpa batas waktu, dan dalam kondisi kesehatan yang biasanya suram.
Pemerintah konservatif Yunani juga memperketat pembatasan suaka, memangkas tunjangan tunai dan ketentuan akomodasi untuk mencegah migrasi lebih lanjut. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Beijing Buka Dua Mausoleum Kaisar Dinasti Ming untuk Umum
BEIJING, SATUHARAPAN.COM - Dua mausoleum kaisar di Beijing baru-baru ini dibuka untuk umum, sehingga...