Kanada Mulai Uji Coba Vaksin Ebola
OTTAWA, SATUHARAPAN.COM - Kanada mulai menguji coba vaksin ebola eksperimentalnya kepada sekelompok orang di kota Halifax, Atlantik, menurut pengumuman Menteri Kesehatan Rona Ambrose pada Jumat (14/11).
Dalam sebuah pernyataan, dia mengatakan bahwa vaksin tersebut akan diujikan terhadap 40 orang berusia 18 hingga 65 tahun “untuk menilai keamanannya, menentukan dosis yang tepat dan mengidentifikasi kemungkinan efek samping.”
"Para peneliti juga berharap, dapat menentukan apakah dosis yang lebih rendah dari vaksin VSV-EBOV, dapat mendorong respons imun bagi beberapa individu, " katanya.
Proses uji coba itu bertepatan dengan proses lain, yang sudah berlangsung di Walter Reed Army Institute of Research dan National Institutes of Health di AS.
Sementara itu, 800 dosis vaksin telah dikirim ke Swiss untuk diuji oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Tidak ada pengobatan atau vaksin berlisensi terhadap ebola, yang telah menewaskan lebih dari 5.100 orang di tengah wabah yang berpusat di Afrika Barat.
Namun, badan kesehatan PBB itu mengidentifikasi dua vaksin eksperimental yang menunjukkan hasil menjanjikan saat diujikan pada monyet: vaksin VSV-EBOV Kanada, yang dilisensi oleh perusahaan AS NewLink Genetics, dan satu vaksin yang dibuat oleh perusahaan Inggris GlaxoSmithKline (GSK).
Korban Tewas Akibat Ebola Bertambah Jadi 5.177
Sementara itu, Organsasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat (14/11) menyebutkan bahwa, sudah 5.177 orang tewas akibat wabah ebola di delapan negara, dari total 14.413 kasus infeksi, sejak akhir Desember 2013.
Pada Rabu, kantor kesehatan PBB itu melaporkan 5.160 kematian dan 14.098 kasus.
WHO mengakui, bahwa jumlah kematian kemungkinan jauh lebih tinggi, mengingat tingkat kematian akibat wabah saat ini diketahui sekitar 70 persen.
Wabah ebola paling mematikan yang pernah ada terus mendera Guinea, Liberia dan Sierra Leone sebagai negara yang paling terkena dampak.
Namun, jumlah korban terbaru itu muncul di saat penyebarannya terlihat melambat di ibu kota Liberia, memungkinkan negara yang paling terkena dampak itu mencabut status daruratnya.
Dalam perhitungan jumlah korban terbaru, WHO mengatakan bahwa hingga 10 November, 2.812 orang meninggal di Liberia, dari 6.878 kasus yang ada.
Perhitungan itu menandai jumlah yang lebih sedikit dari 2.836 kematian yang dilaporkan pada 9 November, dan WHO menjelaskan bahwa perbedaan itu karena “pengklasifikasian ulang” dari beberapa kematian, yang ternyata tidak meninggal karena ebola.
Di Sierra Leone, 1.187 orang meninggal pada 11 November dari 5.586 kasus, ungkap WHO.
Guinea, tempat munculnya wabah pada akhir tahun lalu itu, menyumbang 1.166 kematian dan 1.919 kasus, yang juga pada 11 November.
Data dari Mali, negara terbaru yang terkena wabah ebola, menunjukkan empat kasus dan tiga kematian karena virus mematikan itu pada 13 November. WHO mencatat empat korban tewas pada Rabu (12/11), namun badan itu mengatakan bahwa salah satu kematian tersebut telah diklasifikasi ulang. (AFP/Ant)
Editor : Eben Ezer Siadari
Ratusan Tentara Korea Utara Tewas dan Terluka dalam Pertempu...
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Ratusan tentara Korea Utara yang bertempur bersama pasukan Rusia mela...