Karena saya telah berjanji…
”Karakter itu seperti pohon, dan reputasi adalah bayangannya. Bayangan adalah yang kita pikirkan, pohon itulah benda sesungguhnya” (Abraham Lincoln, Presiden Amerika Serikat ke-16).
SATUHARAPAN.COM – Presiden Lincoln suatu hari melakukan perjalanan bersama seorang Kolonel dari Kentucky. Setelah beberapa mil, Sang Kolonel berhenti dan mengeluarkan sebotol wiski dari tasnya. ”Mr. Lincoln”, katanya, ”apakah Anda bersedia minum wiski bersama saya?”
”Tidak, terima kasih, Kolonel, saya tidak pernah minum wiski”.
Setelah beberapa mil lagi mereka berjalan, Sang Kolonel merogoh sakunya dan mengeluarkan sebungkus cerutu. ”Mr Lincoln, jika Anda tidak ingin minum wiski, barangkali Anda bersedia mengisap sebatang cerutu bersama saya?”
”Tuan Kolonel, Anda seorang teman seperjalanan yang sangat menyenangkan, jadi mungkin saya sebaiknya merokok bersama Anda. Namun, sebelum saya melakukannya, ada baiknya saya menceritakan pengalaman ketika saya kecil. Suatu hari ketika berusia sekitar sembilan tahun, Ibu saya memanggil saya ke samping tempat tidurnya. Ia sakit, parah sekali, dan ia berkata kepada saya, ’Abey, Pak Dokter mengatakan kepada Ibu bahwa saya tidak akan bisa sembuh. Sebelum Ibu pergi, maukah Kau berjanji kepada Ibu bahwa Kau tidak akan pernah minum wiski maupun mengisap rokok seumur hidupmu?’ Saya berkata, Ya, saya berjanji.’ Hingga kini, Pak Kolonel, saya masih tetap memenuhi janji itu. Nah, sekarang, apakah Anda akan menganjurkan saya untuk mengingkari janji saya kepada ibu tercinta, dan menerima tawaran rokok Anda?”
Jawaban Lincoln membuat Sang Kolonel terpana. Dia meletakkan tangannya pada bahu Sang Presiden, dan dengan suara bergetar ia berkata, ”Tidak, Mr. Lincoln, saya tidak ingin Anda mengingkari janji itu sekalipun seluruh dunia ini bayarannya. Janji itu pasti adalah salah satu niat terbaik dalam hidup Anda. Seandainya saja ibu saya meminta saya untuk membuat janji seperti itu, saya akan memenuhinya seperti Anda....”
Ibunda Abey meninggal dunia sejak Abey kecil. Abey kemudian tumbuh menjadi dewasa dan menjadi orang hebat. Namun, ia tetap tidak pernah mengingkari janjinya kepada Sang Ibu. Sebenarnya, jika ia mengingkari, ibunya tak akan tahu. Bahkan tak akan ada orang lain yang tahu karena yang tahu mengenai janji itu hanya si Ibu dan Abey. Sekalipun demikian, Abey tetap tak mengingkari janjinya. Ia menunjukkan komitmennya.
Jika saja ia mengingkari janjinya, pergumulan batin Abey akan menjadi tekanan yang bisa tak tertahankan baginya. Abey Lincoln ingin menjadi pohon yang baik, bukan bayangan yang baik. Karena itu, ia memilih untuk membangun karakter, dan bukan membangun reputasi. Ia melakukan apa yang ia katakan, dan mengatakan apa yang ia lakukan.
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...