Kejati Jabar Dibakar, Pengacara: Kesal Banyak Jaksa Korupsi

BANDUNG, SATUHARAPAN.COM – Pembakar gedung Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, DS, ditetapkan sebagai tersangka pada Senin (6/6). Pengacara DS beralasan tersangka kesal karena banyak jaksa korupsi.

Torkis Parlaungan Siregar, kuasa hukum DS, menyebut juga DS geram karena banyak penegak hukum yang tidak bersikap adil terutama terhadap rakyat kecil. “Malah makin menggila, padahal jaksa seharusnya menegakkan hukum, bukan menginjak-injaknya,” kata Torkis di Mapolsek Bandung Wetan, Senin.

Menurut Torkis, perkara DS ini bukanlah kejahatan extraordinary. “Pembakaran tersebut tidak membuat orang lain terluka. Justru, beliau memberi sinyal kepada negara bahwa ada yang cacat di lembaga kejaksaan,” kata Torkis sembari menambahkan, aksi ini merupakan akumulasi ketidakpercayaan DS terhadap penegak hukum.

Ada Dalang

Di sisi lain, Jaksa Agung HM Prasetyo menyebut kasus di Kejati Jabar ini bukan pembakaran biasa. “Harus diusut dalangnya,” kata dia seusai rapat kerja dengan Komisi III DPR, Senin.

Prasetyo menambahkan, pihak Kejaksaan Agung sudah meminta bantuan dari Polisi Daerah Jawa Barat untuk menyelesaikan kasus itu.

Hari Minggu lalu, Kejati Jabar dibakar. Menurut saksi mata, pelaku datang menggunakan angkot Margahayu-Ledeng ke Kantor Kejati Jabar sekitar pukul 11.00 WIB.

Kemudian pelaku masuk ke kantor Kejati dan ingin bertemu dengan Ass Intel Kejati Jawa Barat tetapi tidak ada. Namun, karena para petugas sedang istirahat makan siang, celah ini dimanfaatkan pelaku dengan masuk ke kantor menuju aula Soeprapto dan menyiramkan bensin yang telah dibawa pelaku.

Setelah pelaku menyiramkan bensin pelaku membakar dengan menggunakan korek api, tidak lama berselang api mulai membesar dan merambat ke ruangan lain.

Sekitar pukul 12.30 WIB, turun empat unit Damkar Kota Bandung untuk melakukan pemadaman.

Polda Jabar sudah menetapkan seorang tersangka berinisial DS sebagai pelaku pembakaran. Pembakaran Kejati sendiri diduga telah direncanakan oleh pelaku. (Okezone/Republika/Tempo)

Editor : Eben E. Siadari