Kekerasan Memaksa MSF Mengurangi Aktifitas Medis di Afteng
AFRIKA TENGAH, SATUHARAPAN.COM Dua hari kekerasan yang terus berlangsung memaksa Médecins Sans Frontières (MSF, Dokter Lintas Batas) harus mengurangi aktifitas medisnya secara drastis di bandar udara Bangui, Republik Afrika Tengah. Demikian siaran pers MSF pada Jumat (3/1).
Penembakan yang terjadi selama dua hari di dekat klinik MSF di bandar udara mengakibatkan dua anak terbunuh dan 40 terluka. Korban sudah dibawa ke klinik MSF.
Hal ini mengakibatkan MSF terpaksa menunda rencana perluasan aktifitas di kamp di bandar udara Bangui. Termasuk membuka dua posko kesehatan baru, dan melakukan vaksinasi campak, dan dukungan gizi. Keamanan di bandar udara harus ditingkatkan agar MSF dapat memulai kembali aktivitasnya secara menyeluruh. MSF masih melanjutkan aktivitasnya di dua rumah sakit di Bangui dan dua kamp lainnya untuk pengungsi.
MSF kini bekerja di kamp di bandar udara itu dengan jumlah tim darurat yang lebih sedikit. MSF hanya menangani kasus yang paling parah dan menyediakan rujukan darurat ke fasilitas kesehatan lainnya. MSF menangani rata-rata 500 konsultasi, 100 pembalutan dan membantu tujuh persalinan di bandar udara setiap hari.
MSF adalah satu-satunya penyedia layanan medis di kamp yang ditempati 100 ribu pengungsi saat ini.
Staf MSF asal Eropa dan Amerika Latin di Suriah Diculik
Sementara lima staf organisasi MSF yang ditahan oleh satu kelompok yang tidak dikenal di Suriah utara pekan ini adalah warga Belgia, Denmark, Peru, Swedia dan Swiss, kata organisasi kemanusiaan itu dan media, Sabtu (4/1).
Sejumlah sumber dari berbagai bagian kelompok di empat negara Eropa mengonfirmasikan informasi menyangkut para karyawan MSF yang ditangkap Kamis malam dari sebuah rumah yang mereka gunakan di Suriah yang dilanda perang itu.
Kementerian luar negeri Peru mengatakan pihaknya sedang berusaha mengonfirmsikan laporan-laporan media di sana bahwa salah seorang dari lima staf MSF diculik itu adalah dari negara Amerika Selatan itu.
"Saya tidak dapat memberikan anda rincian lainnya untuk alasan keamanan, tetapi salah seorang dari mereka adalah warga Swiss," kata juru bicara MSF Swiss Sibylle Berger kepada AFP.
MSF Denmark juga mengatakan dalam satu pernyataan bahwa "ada seorang warga Denmark diantara lima pekerja kemanusiaan itu," sementara juru bicara MSF Swedia Karin Ekholm mengonfirmasikan bahwa seorang Swedia juga ditahan Kamis petang.
"Kami tidak dapat menghubungi mereka sejak itu," tambahnya.
MSF menolak memberikan informasi lebih jauh tentang para anggota staf itu, dan juga tidak menjelaskan usia mereka atau mengatakan apakah mereka pria atau wanita.
Menteri Luar Negeri Belgia Didier Reynander mengemukakan kepada stasiun televisi RTL-TV bahwa warga Belgia itu adalah seorang perawat yang berusia 30 tahunan.
Ia menegaskan walaupun belum memastikan, lima orang itu telah diculik. "Kami tidak memiliki konfirmasi dari sumber-sumber lain
(selain MSF), jadi saya ingin menegaskan bahwa saya berbicara hanya tentang kemungkinan penculikan," katanya.
Tetap tidak jelas siapa yang menculik para staf MSF itu dan organisasi itu sejauh ini menolak memberikan lokasi pasti dari rumah di mana mereka diculik.
"Kami masih berusaha menganalisa situasi dan melihat apa yang kami dapat lakukan untuk mrmbantu kolega-kolega kami," kata Berger.
Dalam satu pernyataan Jumat, oganisasi itu hanya mengatakan bahwa lima orang ditangkap "agaknya untuk diperiksa".
"MSF telah melakukan kontak dengan semua aktor serta keluarga dari kolega-kolega itu dan akan melakukan segala upaya yang mungkin untuk melakukan kontak kembali dengan para kolega ini," kata juru bicara Samantha Maurin dalam pernyataan itu.
MSF memiliki enam rumah sakit dan empat pusat kesehatan di Suriah utara dan memberikan bantuan kesehatan dari negara-negara tetangga ke Suriah serta para pengungsi Suriah.
Pada September 2013, seorang ahli bedah Suriah yang bekerja bagi kelompok itu meninggal di utara negara itu, dan para pekerja bantuan yang beroperasi di daerah-daerah yang dikuasai pemberontak terancam ditahan dan diculik.
Pada Oktober, tujuh karyawan Komite Palang Merah Internasional diculik di Provinsi Idlib, Suriah barat laut, dengan satu lembaga swadaya masyarakat Suriah menuduh penculikan itu dilakukan oleh kelompok Negara Islam Irak dan Levant (ISIL) yang punya hubungan dengan Al Qaida, ISIL, dituduh menargetkan para wartawan asing dan Suriah serta para pekerja kemanusiaan dan para aktivis untuk diculik.
Pemberontak Suriah dalam hari-hari belakangan ini mengumumkan perang terhadap ISIL , menuduh kelompok itu memberlakukan kekuasaan teror di daerah-daerah yang dikuasainya. (mfs.org/AFP)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...