Kekerasan Terhadap Pers Merupakan Bentuk Masih Adanya Praktik Impunitas di Suatu Negara
NEW YORK, SATU HARAPAN.COM – Kepala badan PBB yang bertugas membela kebebasan pers meminta pengusutan tuntas kasus pembunuhan wartawan di Rusia, Somalia dan Meksiko serta membawa pelakunya ke pengadilan.
“Wartawan harus mampu melaksanakan pekerjaan mereka dengan aman, karena mereka memainkan fungsi dan peran mereka dalam mengabarkan informasi kepada masyarakat dengan baik dalam hak demokrasinya,“ kata Direktur Jenderal Organisasi Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan PBB/United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) Irina Bokova.
Lebih lanjut dia menyesalkan terjadinya pembunuhan tersebut dan ia menyuarakan keperihatiannya yang mendalam tentang keamanan profesi media di berbagai negara.
Pada hari Selasa (9/7) lalu seorang Wakil Editor dari Novoye Delo, sebuah surat kabar mingguan, Akhmednabi Akhmednabiyev, ditembak mati di mobilnya di dekat rumahnya di pinggir Makhachkala ibukota provinsi Dagestan.
“Akhmednabiyev merupakan wartawan kedua yang dibunuh di Rusia tahun ini. Sebelumnya, dia selamat dari upaya pembuhunan pada Januari lalu dan selama hidupnya ia mendapat banyak ancaman,“ kata pejabat UNESCO.
“ Menggunakan cara-cara kekerasan dalam membungkam wartawan dalam memberikan informasi kepada masyarakat mengenai suatu masalah dapat mengurangi kemampuan masyarakat untuk mengatasi masalah tersebut, “ ujar Bokova.
“Karena itu saya percaya bahwa pemerintah berupaya untuk membawa masalah tersebut ke pengadilan dan pelakunya harus bertanggung jawab atas kejahatan terhadap seorang pria dan profesi yang penting bagi demokrasi suatu negara, “ tambahnya.
Somalia
Tragedi pembuhan seorang wartawan juga terjadi di Somalia pada hari Minggu (7/7) silam. Pembuhan terhadap Liban Abdullahi Farah merupakan gambaran adanya kekhawatiran wartawan mengenai keamanan dirinya.
“Pembunuhan ini menandakan hari hitam bagi wartawan yang mencoba untuk melaksanakan tugasnya secara profesional di Somalia, “ ujar Bokova.
Telalu banyak pekerja media yang harus membayar nyawa mereka dalam memberikan informasi kepada masyarakat. Saya sangat menghormati dedikasi dalam menyerukan kepada pihak berwewang sebagai upaya untuk menghentikan tindak pembunuhan tersebut.
Farah seorang reporter Bossasso TV dari Somalia Brodcasting Corporation (SBC) yang berbasis di London. Dia tewas ketika tiga orang yang tidak dikenal menembaki dirinya di lingkungan Barahley di kota Galkayo.
Bokova juga meminta pihak berwenang Meksiko untuk meyelidiki kematian Mario Ricardo Chavez Jorge, seorang wartawan untuk surat kabar El Ciudadano. Tubuhnya ditemukan di negara bagian Tamaulipas di dekat perbatasan Amerika Serikat pada tanggal 26 Juni, dua minggu setelah ia di culik saat ia meninggalkan bioskop dengan keluarga di Ciudad Victoria.
Kasus di Indonesia
Menurut data Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) terdapat 25 kasus kekerasan terhadap jurnalis. Aksi kekerasan tersebut terjadi di berbagai tempat di Indonesia antara lain; Provinsi Jambi, dan Provinsi Maluku Utara.
Dalam peristiwa di Jambi, jurnalis video dari Trans7, Antonius Nugroho Kusumawan mengalami luka bagian pelipis kanan akibat serpihan peluru gas airmata polisi yang ditembakkan untuk membubarkan mahasiswa.
Di Ternate seorang Fotografer Harian Mata Publik Ternate bernama Roby Kelerey mengalami luka tembakan di paha kirinya saat sedang meliput demonstrasi yang dilakukan mahasiswa Ternate Senin (17/6) silam.
Sejak Januari hingga Mei 2013 sedikitnya terdapat 25 kasus kekerasan terhadap jurnalis. Kekerasan terhadap jurnalis terus berulang karena negara terus melakukan praktik impunitas terhadap para pelakunya.
Praktik impunitas tersebut sering terjadi pada pelaku kekerasan terhadap jurnalis yang kini merupakan kelanjutan praktik impunitas pada delapan kasus pembunuhan jurnalis sejak 1996.
Delapan kasus yang tak terselesaikan adalah kasus pembunuhan Fuad Muhammad Syarifuddin alias Udin (jurnalis Harian Bernas di Yogyakarta, 16 Agustus 1996), Naimulah (jurnalis Harian Sinar Pagi di Kalimantan Barat, di temukan tewas pada 25 Juli 1997) dan Agus Mulyawan (jurnalis Asia Pers di Timor Timur, 25 September 1999).
Di satu sisi ada juga Muhammad Jamaluddin (jurnalis kamera TVRI di Aceh, ditemukan tewas pada 17 Juni 2003), Ersa Siregar (jurnalis RCTI di Nangroe Aceh Darussalam, 29 Desember 2003) dan Herliyanto (jurnalis lepas tabloid Delta Pos Sidoarjo di Jawa Timur, di temukan tewas pada 29 April 2006).
Sementara Adriansyah Matrais Wibisono (jurnalis TV lokal di Merauke Papua di temukan tewas pada 29 Juli 2010) dan Alfred Mirulewan (jurnalis Tabloid Pelangi, Maluku di tewas pada 18 Desember 2010).
Editor : Sabar Subekti
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...