Kelinci, Telor dan Daun Palem pada Paskah di Jerman
BIELEFELD, SATUHARAPAN.COM – Dalam suasana perayaan Paskah di Jerman dan di sejumlah negara di Eropa banyak supermarket didekorasi berbagai hiasan, dan hiasan yang paling menonjol adalah telur yang dilukis dan kelinci.
Saya tidak pernah bertanya, mengapa nuansa Paskah identik dengan kelinci. Saya merasa itu adalah budaya Barat yang juga diserap oleh orang di Indonesia. Ketika saya ikut merayakan Paskah di tengah masyarakat Eropa, khususnya di Jerman tahun ini, saya begitu penasaran dan bertanya tentang mengapa kelinci dan telor ini begitu populer ketika hari raya Paskah tiba.
Semakin penasaran ketika rekan-rekan di tempat saya bekerja juga mendekorasi ruangan kerja dengan banyak sekali kelinci paskah (Osterhase dalam bahasa Jerman). Rekan saya, seorang diakonis, Christoph Luschnat (56 tahun) mengatakan bahwa kelinci adalah simbol keceriaan pada hari Paskah dan simbol kesuburan.
Musim Paskah di Jerman yang jatuh pada pertengahan hingga akhir April adalah permulaan musim semi, yang juga disimbolkan dengan kelinci dan bunga-bunga. Dia juga menambahkan bahwa pada cerita yang umum di kalangan rakyat Jerman, ayam-ayam akan menghasilkan banyak sekali telur pada awal musim semi. Dan saat Paskah tiba, kelincilah yang membawakan telur-telur itu dan membagi-bagikannya kepada anak-anak.
Lalu kenapa bukan ayamnya sendiri yang membawa telur itu kepada anak-anak? Kelinci saat perayaan Paskah berperan sama seperti Sinterklas pada Hari Natal. Dalam cerita legenda Jerman karangan Jakob Grimm, menyebutkan kelinci tinggal di sarang warna-warni buatan anak-anak di setiap pojok kamar mereka.
Dikatakan bahwa jika anak-anak bersikap baik dalam masa Advent (sebelum Natal) dan pra-Paskah, maka pada hari perayaan Paskah kelinci-kelinci itu menghadiahi anak-anak baik dengan telur yang sudah dicat berwarna-warni seperti warna sarang yang telah dibuat anak-anak.
Telur yang dicat berwarna-warni juga melambangkan darah Tuhan Yesus yang telah dikorbankan akan membawa penyelamatan dan pengharapan pada kehidupan baru yang bahagia.
Umat Katolik, pada perayaan Paskah biasanya menjalani puasa selama 40 hari. Mereka tidak diperbolehkan memakan daging, telur dan makanan manis. Rekan saya yang lain, Judith Busch (20 tahun) mengatakan bahwa dari beberapa cerita rakyat Jerman, bila anak-anak berhasil puasa selama 40 hari, mereka akan dihadiahi telur yang merupakan makanan favorit anak-anak saat itu. Namun anak-anak sekarang lebih menyukai makanan manis, seperti coklat. Sehingga dibuat juga banyak coklat yang berbentuk telur dan kelinci pada perayaan Paskah.
Umat Kristen Protestan di Jerman biasanya tidak menjalani puasa seperti itu. Namun beberapa dari mereka berpuasa dari aktivitas lain, termasuk kebiasaan. Seperti berpuasa dari kebiasaan mengecek Facebook atau jejaring sosial lainnya, berpuasa dari kebiasaan berbelanja baju di setiap akhir pekan dan menggantikan dengan kegiatan spritual dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
Dalam perayaan Paskah, ada yang unik, khususnya pada Minggu Palma. Bagi umat Kristen di Indonesia perayaan ini tidak ada masalah, karena berbagai jenis pohon palem tumbuh dengan subur. Namun tidak demikian di Jerman.
Umat Kristen di Jerman biasanya membuat karangan bunga atau menggunakan tanaman musim semi yang dibentuk menyerupai pelepah palem. Untuk membuat daun palem buatan ini membutuhkan waktu, sehingga sulit jika harus membagikan daun palem buatan ini kepada seluruh jemaat gereja. Jadi mereka mewakilkan pada anak-anak untuk membawa dan melambai-lambaikan daun palem buatan ini layaknya arak-arakan rakyat Yerusalem ketika menyambut kedatangan Yesus.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...