Kelompok Oposisi Suriah Terpecah
WASHINGTON , SATUHARAPAN.COM - Ribuan pemberontak bersenjata Suriah telah memisahkan diri dari kelompok oposisi utama yang didukung Barat. Mereka menyatakan membuat koalisi baru yang mendasarkan perjuangan berdasarkan hukum syariah Islam.
Hal itu diungkapkan seorang analis, dan menyebutkan hal itu akan melemahkan langkah yang dipimpin Amerika Serikat untuk memberdayakan kaum moderat dalam perang yang memecah negara itu.
Tiga belas faksi pemberontak yang dipimpin kelompok terkait dengan Al-Qaeda, Jabhat Al Nusra mengungkapkan dalam sebuah pernyataan bersama diposting melalui media online, hari Selasa (24/9) malam menyebutkan bahwa pemisahan itui karena kepentingan mereka tidak terwakili oleh Koalisi Nasional Suriah (SNC). Hal itu disebutkan oleh kelompok oposisi Suriah yang didukung Barat dan berbasis di Turki .
"Kekuatan ini merasa bahwa semua kelompok yang dibentuk di luar negeri tanpa kembali ke negara tidak mewakili mereka, sehingga pasukan tidak akan mengenali mereka," kata pernyataan itu, yang dibacakan secara online oleh seorang pemimpin politik dari faksi pemberontak yang menamakan diri Brigade Tauhid.
Pemerintahan Presiden AS Barack Obama telah memberikan bantuan militer dan kemanusiaan untuk kelompok-kelompok oposisi yang berusaha menggulingkan Presiden Suriah, Bashar Al-Assad.
Ekstrimis dalam Oposisi
Gedung Putih telah berulang kali mengatakan bahwa pihaknya telah menyeleksi kelompok pemberontak untuk memastikan Amerika Serikat tidak mempersenjatai teroris. Namun mengakui bahwa unsur-unsur ekstremis Islamis telah bergabung dengan oposisi dalam memerangi pasukan Al-Assad.
Sementara itu, rezim Al-Assad dan sekutu setianya, Rusia, menyebutkan bahwa kelompok oposisi Suriah penuh dengan ekstremis Islam yang bisa menyebar terorisme di luar perbatasan Suriah, melalui pemberontakan untuk menggulingkan Al-Assad.
Namun belum ada informasi yang jelas apakah kelompok baru ini masih mengakui pemerintah oposisi yang dipimpin Ahmad Tumeh. Dia seorang dokter gigi yang dipilih awal bulan ini sebagai pejabat perdana menteri sementara SNC.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Jen Psaki, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Rabu (25/9) bahwa para pejabat Amerika telah "melihat laporan" tersebut dan "berdiskusi dengan oposisi moderat tentang dampak yang akan terjadi, sebagaimana dilaporkan The Washington Post.
"Perpecahan pada oposisi menguntungkan rezim Al-Assad dan kelompok oportunis yang menggunakan konflik untuk menjalankan agenda kelompok ekstrimis sendiri," kata Psaki dalam pernyataan kepada Post.
Masalah Besar
Aron Lund, seorang ahli yang mengamati faksi pemberontak Suriah, mengatakan bahwa munculnya koalisi Islam yang lepas dari koalisi yang didukung Barat akan menjadi masalah besar bagi Tentara Pembebasan Suriah (FSA) yang didukung AS.
Sebanyak 13 kelompok yang memisahkan diri itu berkekuatan puluhan ribu pejuang bersenjata.
Seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa kelompok oposisi "moderat" oposisi yang didukung Washington pada dasarnya melawan dua front di Suriah, yaitu melawan pasukan Al-Assad, dan juga melawan ekstrimis Islam.
Kelompok ekstremis sebenarnya melakukan kerja pemerintah sekarang seperti rezim Al-Assad, kata pejabat itu, setelah pertemuan Menteri Luar Negeri, John Kerry, dan anggota oposisi Suriah selama sidang Majelis Umum PBB di New York, Selasa (24/9). (ria.ru)
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...