Kelompok Pro Demokrasi Thailand Protes Kekerasan oleh Aparat
BANGKOK, SATUHARAPAN.COM-Ratusan warga Thailand meneriakkan protes yang di seluruh Bangkok pada hari Sabtu (17/10) yang menentang tindakan keras terhadap demonstrasi yang ditujukan kepada pemerintah dan monarki yang kuat.
Setelah polisi menggunakan meriam air untuk pertama kalinya terhadap protes ribuan orang di pusat kota Bangkok pada hari Jumat (16/10), pengunjuk rasa setuju untuk berkumpul di berbagai titik di seluruh kota pada hari Sabtu.
Ratusan orang, banyak yang mengenakan kaos hitam, menggelar demonstrasi di stasiun Lat Phrao di Bangkok utara. Protes juga dilaporkan dari beberapa bagian kota lain ketika polisi mengatakan layanan kereta api ditutup di sebagian besar pusat kota Bangkok untuk menggagalkan demonstrasi.
"Prayuth keluar" teriak para pengunjuk rasa, mengacu pada Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha, mantan penguasa militer yang mereka tuduh merekayasa pemilu tahun lalu untuk memperpanjang masa kekuasaan militer.
Dalam tindakan keras yang semakin meluas, polisi telah menangkap lebih dari 50 orang, termasuk beberapa pemimpin protes, dalam sepekan terakhir. "Kekerasan atau tidak, semua pertemuan ilegal," kata juru bicara polisi, Yingyos Thepjamnong, pada konferensi pers.
Kritik kepada Raja
Juru bicara pemerintah Anucha Burapachaisri mengatakan kepada Reuters: “Tidak ada menang atau kalah bagi pihak manapun. Itu semua merusak negara. Pemerintah ingin meminta pengunjuk rasa untuk tidak berkumpul dan tetap damai."
Pada hari Kamis, mereka memerintahkan pelarangan protes yang telah menjadi tantangan terbesar selama bertahun-tahun bagi pemerintah dan telah membawa kritik kepada Raja Maha Vajiralongkorn.
Segera setelah pelarangan, puluhan ribu orang memprotes di Bangkok. Ribuan lainnya berunjuk rasa pada hari Jumat, melawan polisi anti huru-hara yang menanggapi dengan menembakkan air yang dicampur bahan kimia yang berwarna biru.
“Saya mengecam mereka yang menindak para pengunjuk rasa dan mereka yang memerintahkannya. Anda semua memiliki darah di tangan Anda,” kata pemimpin protes Tattep Ruangprapaikitseree, mengatakan setelah dibebaskan dengan jaminan setelah penangkapannya pada hari Jumat.
Polisi mengatakan bahwa tanggapan mereka terhadap protes hari Jumat telah proporsional dan sejalan dengan norma internasional.
Para pengunjuk rasa menuntut Prayuth dicopot, yang pertama kali mengambil alih kekuasaan dalam kudeta 2014. Namun dia menolak tuduhan pengunjuk rasa bahwa dia merekayasa pemilu tahun lalu untuk mempertahankan kekuasaan. Melanggar tabu lama, para pengunjuk rasa juga menyerukan pembatasan kekuasaan monarki.
Istana tidak mengomentari protes itu, tetapi raja mengatakan Thailand membutuhkan orang-orang yang mencintai negara dan monarki. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...