Kematian Menghasilkan Banyak Buah
SATUHARAPAN.COM - Ada sebuah ilustrasi menarik. Setelah ditanam dalam beberapa lubang kecil oleh seorang petani, ketiga biji jagung terlibat percakapan yang seru. Berkatalah biji jagung yang pertama dengan gagah berani, “Aku akan berjuang untuk tumbuh secepatnya, selanjutnya menyatakan bahwa aku dibutuhkan dan pasti berguna untuk tuanku yang telah menempatkan aku di sini.”
Biji jagung itu pun secepatnya bertumbuh, mengeluarkan akar dan daunnya mulai menembusi permukaan tanah. Namun, beberapa hari kemudian seekor ayam milik petani memakan jagung pertama yang baru tumbuh itu hingga habis.
Biji jagung kedua juga tidak mau kalah. Ia berkata, “Aku juga akan segera tumbuh biar tuanku secepatnya menikmati bagaimana enaknya memakan jagung itu.” Biji jagung kedua terus bertumbuh dan menghasilkan jagung yang menyenangkan tuannya.
Sementara biji jagung ketiga berpendirian lain. Ia berkata, “Aku akan berjuang untuk tetap tinggal di sini dan bertahan. Aku tidak mau bertumbuh dan harus menghadapi nasib sial dimakan ayam atau dipanen manusia.”
Pada suatu kesempatan ayam kembali mengais-ngais di bawah pohon jagung yang telah berisi. Di sana ayam itu mendapatkan sebiji jagung ketiga yang masih utuh. Dalam tempo sekejap saja biji jagung yang masih utuh itu langsung ditelan ayam itu.
Pesannya jelas bagi kita semua, bahwa semuanya akan mati dengan pelbagai cara. Tetapi, ada kematian yang sia-sia, ada pula kematian yang dikenang banyak orang karena telah sangat berjasa bagi keselamatan dan kebahagiaan bagi banyak orang. Pilihlah kematian yang tidak sia-sia, seperti kisah jagung kedua tadi. Itulah sebenarnya cahaya dan realitas hidup Yesus Kristus.
Allah sebenarnya menghendaki agar hidup setiap manusia itu bermanfaat dan produktif, terutama bagi yang lain. Hidup yang demikian tidak mungkin terwujud tanpa orang berani menjalani proses dan ambil risiko terburuk sekalipun. Karena dalam hidup ini sebenarnya entah besar atau pun kecil selalu ada risiko yang harus dibayar. Orang bilang, “tidak ada cinta sejati tanpa ada pengorbanan”; “Tidak ada kesuksesan tanpa ada penderitaan”.
Bagi Yesus, tiada kebangkitan tanpa kematian di salib. Yesus tahu bahwa itulah kenyataan, kebenaran, dan kehendak Allah sendiri. Piala yang seperti itu tidak akan berlalu, tetapi harus diminum oleh Yesus. Di situlah terkadang terjadi ketegangan.
Mengapa? Karena dalam praktik hidup sering muncul adanya suatu pertentangan antara keakuan diri dan kehendak Allah. Aku inginnya praktis cepat bila perlu tanpa usaha, tak mau repot, dan tanpa risiko.
Yesus bersedia menanggung segala penderitaan dengan mati di kayu salib yang hina, kemudian jatuh ke dalam tanah seperti biji gandum yang bersedia ditanam, namun kemudian tumbuh untuk menghasilkan gandum yang berkelimpahan dan manusia dapat menikmati dari panenan gandum yang berkelimpahan, yang tadinya hanya satu biji gandum.
Keselamatan dan buah-buah kehidupan telah dihasilkan berkat kematian Kristus. Mengapa Kristus mau mati? Yesus mau memberitahukan bahwa kematian-Nya akan memberikan dampak yang besar, yaitu multifikasi diri-Nya yakni pelipatgandaan diri-Nya dalam wujud orang-orang yang mengikut diri-Nya atau murid-murid-Nya.
Yesus harus menyerahkan hidup-Nya bagi kita, supaya Dia dapat menjadi lebih banyak. Dengan tubuh manusianya, Dia tidak hadir di segala tempat, tetapi dengan kematian dan kebangkitan-Nya memberikan suatu pengharapan akan datangnya penghibur yang dijanjikan yaitu Roh Kudus-Nya yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Dia tinggal dan berkarya dalam setiap orang yang percaya kepada-Nya.
Akhirnya, selamat menyangkal dan memikul salib! Seperti Yesus sendiri katakan dan jalani, “Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia akan tetap satu biji saja, tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.”
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...