Kerusuhan Anti Asing Pecah di Afsel, Ribuan Orang Mengungsi
DURBAN, SATUHARAPAN.COM – Lebih dari 2.000 orang melarikan diri ke kantor polisi Afrika Selatan pada Kamis (16/4) setelah massa bersenjatakan parang menyerang orang-orang asing di Durban, membunuh sedikitnya lima orang, kata sebuah kelompok bantuan.
Serangan di kota pelabuhan itu membuat dua orang asing dan tiga warga Afrika Selatan meninggal, termasuk seorang anak 14 tahun, menurut pihak berwenang.
CNN melaporkan, sejumlah polisi bersenjata berat bergegas untuk menghentikan bentrokan setelah penduduk setempat turun ke jalan pekan ini, menuduh orang asing dari negara-negara Afrika lainnya mengambil pekerjaan mereka.
"Telah terjadi dukungan besar dari warga Afrika Selatan yang muak dengan serangan ini bukan hanya karena mereka asing, atau Afrika, tetapi karena mereka juga adalah sesama manusia," kata Yayasan Gift of the Givers, yang membantu orang-orang asing tersebut mencari perlindungan di kantor polisi.
"Kami sedang mempersiapkan paket bantuan bagi mereka yang mungkin akan melanjutkan perjalanan pulang ke negara asal mereka."
Kelompok bantuan mengatakan, pihaknya berharap kekerasan terbatas ke Durban, dan meyakinkan orang asing bahwa mereka memiliki fasilitas di Johannesburg untuk membantu mereka yang mungkin membutuhkan tempat tinggal di sana.
"Kami memiliki tenda dan semua perlengkapan penting telah disiagakan, tapi kami berdoa agar kewarasan lah yang menang sehingga itu semua tidak diperlukan," katanya.
Di masa lalu, Johannesburg telah menjadi pusat ketegangan anti-asing.
Pada tahun 2008, sejumlah prang meninggal dalam serangan terhadap orang asing di wilayah termiskin di Johannesburg. Sebagian besar korban adalah warga Zimbabwe yang melarikan diri dari represi dan keadaan ekonomi yang mengerikan. Dalam serangan itu, polisi menangkap lebih dari 200 orang untuk berbagai kejahatan termasuk pemerkosaan, pembunuhan, perampokan dan pencurian.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...