Keteladanan Versi IKEA
Ingvar membangun prinsip hidup, dan ia menjalani prinsip itu.
SATUHARAPAN.COM – Apa yang terlintas di benak Anda saat mendengar nama IKEA? Tentunya furnitur inovatif, berdesain sederhana dan berdaya guna praktis. Untuk penduduk negara kita, harga produk ini bukan yang termurah, namun tidak semahal furnitur sekelasnya. Dari sejarah kepraktisan produk yang dijual, kepraktisan cara mengemas dan cara merakitnya, serta berbagai aspek penjualan dan layanan purna jual yang ditawarkannya, IKEA pantas masuk dalam kategori perusahaan yang dicintai masyarakat, versi buku The Firms of Endearment.
Ingvar Kamprad yang lahir di desa Elmtaryd, Swedia, mendirikan IKEA pada 1943 ketika ia berusia 17 tahun. Ia memulainya dari dapur pamannya, setelah ia belajar cara berdagang sejak kecil, dimulai dari menjual korek api.
Ketika IKEA belum ada di Indonesia, ia sudah amat populer, dan ketika dikabarkan di media bahwa IKEA akan membuka gerainya di Jakarta, penyuka produk IKEA seakan tak sabar menunggunya. Sebelum ia beriklan apa pun, kehadiran IKEA sudah dirindukan banyak orang.
Apa yang membuat IKEA menarik? Salah satu ciri produk yang dijual IKEA adalah harga yang relatif rendah karena kultur yang dibangun di perusahaan itu adalah efisensi sekalipun harus inovatif. Segala sesuatu yang dihasilkan maupun dilakukan harus sederhana dan berharga pantas.
Ingvar, Sang Pendiri pun, meskipun tercatat sebagai salah satu orang terkaya di dunia, menunjukkan cara hidup hemat dengan selalu naik pesawat kelas ekonomi, begitupun ketika naik kereta api, ia akan memilih naik bis dari bandara ketimbang taksi, dan memilih restoran yang murah sebagai tempat makan.
Ingvar membangun prinsip hidup, dan ia menjalani prinsip itu. Walking his talk. Yang dikatakan itulah yang dilakonkan. Efisiensi yang ia promosikan dalam produknya, juga ia jalankan dalam kesehariannya. Karyawannya pun dihimbau untuk bekerja dengan hemat dan menggunakan kertas bolak-balik.
Semua dilakukan dengan tujuan agar IKEA bisa menjual produk dengan harga terjangkau. Tanpa harus beriklan, sesungguhnya semua upaya itu telah menjadi promosi sendiri bagi IKEA sehingga menjadikannya dicintai.
Apa pesan kisah ini? Bangunlah prinsip hidup yang berintegritas, konsisten, dengan komitmen tinggi dalam menjalankannya, dan hiduplah sejalan dengan prinsip yang dibangun, maka kredibilitas sudah menjadi milik Anda. Hal ini berlaku bagi kehidupan pribadi maupun tempat kerja. Walk your talk karena keteladanan adalah hal yang tak ternilai harganya.
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...