Ketidakpercayaan Rusak Upaya Damai Israel-Palestina
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM – Mantan utusan Presiden Amerika Serikat Barack Obama untuk Perdamaian Timur Tengah, Martin Indyk, mengatakan “ketidakpercayaan” di antara pemimpin Israel dan Palestina jadi inti dari kebuntuan di antara mereka.
“Ketidakpercayaan di antara pemimpin dan di antara rakyatlah yang membuat kita terjebak dan membuatnya sulit,” kata diplomat veteran tersebut kepada New York Times dalam sebuah wawancara yang diterbitkan Kamis (3/7), wawancara pertama sejak dia meninggalkan posnya pekan lalu setelah perundingan damai mengalami kegagalan.
“Banyak hal yang sudah berlalu dan tidak bisa diubah, banyak keraguan, ketidakpercayaan, dan kurangnya kepercayaan diri,” katanya, menambahkan bahwa “kesulitan yang kita hadapi jauh lebih banyak akibat ketidakpercayaan terpendam selama 20 tahun,” bukan akibat masalah inti apa pun yang memecah-belah kedua pihak.
Indyk mencatat baik Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu maupun Presiden Otoritas Palestina Mahmud Abbas sepakat mengenai perlunya berdamai dan mencapai sebuah perjanjian final.
Namun, seiring berjalannya waktu, “urgensi tidak dirasakan kedua pihak,” kata Indyk kepada Times.
“Rasa bahwa mereka harus melakukannya karena jika tidak mereka akan digulingkan atau pemerintah mereka akan jatuh tidak muncul,” katanya. “Yang terjadi malah sebaliknya.”
Saat ini, ketegangan Israel-Palestina makin memanas dengan ditemukannya jasad tiga remaja Israel yang menghilang di Tepi Barat, dan pembunuhan seorang remaja Palestina, Rabu (2/7).
Netanyahu menyalahkan kematian warga Israel tersebut kepada Hamas, mitra dalam pemerintah bersatu Palestina, sementara Palestina mengatakan kematian seorang warganya merupakan pembalasan dendam yang dilakukan Israel. (AFP)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...