Wakil Gereja Berbagai Kawasan Dambakan Perdamaian
JENEWA, SATUHARAPAN.COM – Para perwakilan beberapa gereja dari berbagai negara seperti Sudan Selatan, Korea Selatan, dan Nigeria berbagi pengalaman mengenai cara mencari stabilitas, perdamaian bagi semua orang, dalam sebuah sesi yang dilakukan Kamis (3/7) di Komite Sentral Dewan Gereja Dunia (World Council of Churches/WCC) di Jenewa, Swiss.
Pendeta Peter Tibi, dari Gereja Afrika Inland Sudan mengatakan di tempatnya mengabarkan firman saat ini membutuhkan rekonsiliasi dengan masyarakat untuk menggantikan kekerasan dengan cara damai dan efektif. “Gereja-gereja harus menemukan kehendak dan cara-cara untuk membaca dengan teliti tentang keadilan,” kata Tibi.
Tibi dan gereja-gereja Sudan Selatan mengambil kesimpulan bahwa menghentikan peperangan merupakan prioritas mutlak yang dibutuhkan Sudan Selatan saat ini.
“Setiap kali kebebasan, kesempatan, kebenaran dan harapan ditolak, benih-benih konflik akan tumbuh,” lanjut Tibi. Menurut Laporan PBB Konflik Sudan Selatan tumbuh dan berkecamuk sejak 2011, bahkan berulang kali terjadi konflik bersenjata yang memakan korban jiwa dari pihak Kristiani.
Contohnya pada April 2014, di Masjid Kali-Ballee tempat berlindung sekitar 500 orang lebih dari 200 orang tewas dan ratusan lainnya cedera. Warga sipil, termasuk anak-anak, juga dibunuh di sebuah gereja dan rumah sakit.
Misi PBB pada April lalu berhasil menyelamatkan sekitar 500 warga sipil, yang sebagian besar cedera dan juga melindungi warga yang terus berdatangan ke pangkalan PBB. Sekitar 25.000 orang kini berdesakan tinggal di tempat penampungan PBB.
Sudan Selatan, yang merupakan negara termuda di dunia, merdeka dari Sudan pada tahun 2011 dan dilanda konflik dengan korban jiwa ribuan orang dan sekitar satu juta orang harus mengungsi.
Situasi konflik, fragmentasi sosial dan ketegangan politik di Sudan Selatan, Korea Selatan dan Nigeria, serta perjuangan gereja-gereja di negara-negara mencari keadilan, perdamaian dan stabilitas bagi semua orang dan masyarakat,
Sementara Pdt. Dr. Sang Chang dari Gereja Presbyterian Korea Selatan (Korsel) mengatakan saat ini tantangan bagi gereja Korsel yakni reunifikasi semenanjung Korsel.
Presentasi ini pada pertemuan itu bertujuan untuk menginformasikan para anggota Komite Sentral WCC tentang negara-negara dihadapkan dengan situasi konflik. Negara-negara ini, antara lain, telah diidentifikasi sebagai daerah prioritas untuk bekerja untuk perdamaian dan keadilan oleh gereja-gereja anggota WCC. Pertemuan Komite Sentral akan berlanjut sampai hari Rabu 9 Juli.
“Mengapa semenanjung Korea, yang memperoleh kemerdekaan dan kebebasan setelah 36 tahun penindasan dari Jepang dikalahkan, terpecah-pecah dan terbagi-bagi ini adalah suatu hal yang harus diatasi gereja,” kata Chang.
Chang menyesalkan bahwa perpecahan ini mengakibatkan banyak nyawa melayang sia-sia, dan ini bukan perkara sepele.
“Reunifikasi tidak mungkin tanpa perdamaian, dan perdamaian tidak mungkin tanpa rekonsiliasi, dan rekonsiliasi tidak mungkin tanpa pengampunan,” lanjut Chang.
Sementara itu anggota Komite Sentral WCC, Pdt. Emmanuel Josiah Udofia dari Gereja Afrika berbicara tentang negara asalnya Nigeria, saat ini dihadapkan pada ancaman yang ditimbulkan oleh pemberontakan Boko Haram, sebuah kelompok militan yang dikenal untuk melaksanakan serangan kekerasan terhadap orang-orang di negeri ini.
“Boko Haram menyerang setiap suku yang ada Namun, orang-orang Kristen adalah target utama mereka,” kata Josiah Udofia.
"Pada beberapa propinsi di Nigeria seperti Borno, Yobe dan Adamawa, di mana pemerintah federal telah memberlakukan keadaan darurat, komunitas Kristen lebih berisiko khususnya, dan sangat rentan terhadap ancaman para pemberontak 'dari pembantaian massal," tambah Udofia.
Udofia menjelaskan bahwa saat ini di negaranya Boko Haram telah menculik lebih dari 250 wanita muda dan anak-anak oleh kelompok ekstrimis tersebut.
“Ini merupakan serangan mengerikan pada kehidupan, martabat dan masa depan anak-anak tak berdosa dan tak berdaya,” tutup Udofia. (oikumene.org/wikipedia.org/bbc.co.uk).
Editor : Bayu Probo
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...