Khawaja Asif: Bahaya Ancaman Para Demonstran Hanya Persepsi
ISLAMABAD, SATUHARAPAN.COM – Penertiban demonstran yang menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Nawaz Sharif oleh pihak-pihak militer di sepanjang jalan Islamabad, menurut menteri pertahanan negara suatu saat dapat menimbulkan ancaman. Akan tetapi, saat ini ancaman tersebut tidak tampak.
“Sama sekali tidak ada ancaman,” kata Khawaja Asif pada Senin (1/9) lalu. “Pemerintah tidak pernah terancam. Ini hanya sebatas persepsi. Mayoritas masih menikmatinya di parlemen.”
“Para demonstran dan pemimpinnya mengklaim bahwa mereka mendapat dukungan dari pihak Militer Pakistan atau badan-badan intelejen, padahal hal tersebut sama sekali tidak benar.”
“Ini murni sengketa politik,” tuturnya.
Selain kelompok demonstran yang turun ke jalan, ada kelompok demonstran lain yang berkemah di kantor parlemen sebagai aksi penuntutan pengunduran diri Nawaz Sharif yang tahun lalu terpilih sebagai Perdana Menteri Pakistan.
Pekan ini, unjuk rasa menimbulkan korban jiwa saat para demonstran berusaha menyerbu rumah Sharif. Ada tiga korban tewas dan 450 luka-luka.
Asif setuju bahwa demo ini merupakan demo yang serius, tetapi ia mengatakan bahwa demo ini tidak ada bedanya dengan gerakan demokrasi di negara-negara yang ‘sudah mapan’.
“Hanya karena sepuluh atau duapuluh atau duapuluh lima atau tigapuluh orang yang melakukan aksi protes, perdana menteri harus mengundurkan diri. Ini tidak masuk akal,” paparnya.
Sebagian besar masalah yang diutarakan pengunjuk rasa sebenarnya merupakan masalah yang wajar dan dapat diselesaikan dengan cara bernegosiasi.
“Tapi jika mereka meminta perdana menteri mundur dari jabatannya, itu tidak masuk akal. Mayoritas dari kami masih nyaman di parlmen dan perdana menteri tidak akan mengundurkan diri.”
Militer melakukan intervensi politik Pakistan di masa lalu. Dalam intervensi tersebut, Sharif disebut-sebut pernah digulingkan dalam kudeta militer pada 1999.
“Ketakutan selalu muncul di benak orang-orang Pakistan, tetapi yang mengatakan bahwa dalam delapan tahun terakhir (sejak 2008) militer menjauh dari politik, itu adalah orang-orang apolitis,” kata Asif.
Militer Pakistan telah membuat sebuah pernyataan. Pernyataan tersebut menolak klaim bahwa pihak militer mendukung aksi para pengunjuk rasa. Pihak militer telah menyatakan dukungan penuhnya terhadap demokrasi.
“Pemerintah saat ini memiliki hubungan yang harmonis dengan tentara,” tutur Asif.
“ Kami berharap pemerintah dan militer dapat melanjutkan hubungan yang harmonis ini di masa depan. Jadi, tidak ada bahaya. Hal itu hanyalah sebuah persepsi. Kenyataannya sangat berbeda dari hal itu,” tambah Asif. (cnn.com)
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...