Koleksi Museum LAI: Perjanjian Baru Bahasa Dayak Ngaju
SATUHARAPAN.COM – Alkitab yang menjadi tuntunan hidup umat Kristiani tersedia dalam edisi berbagai bahasa daerah yang ada di Indonesia. Dalam kesempatan kali ini kita akan melihat kitab suci bahasa Dayak Ngaju yang menjadi koleksi Museum Alkitab Lembaga Alkitab Indonesia (LAI).
Alkitab tersebut tersimpan di museum dalam keadaan terbuka dalam sebuah vitrin kaca bersama dengan beberapa koleksi Alkitab lainnya.
Buku tersebut memiliki panjang yang hampir setara dengan kalender meja yang biasa terdapat di meja kerja. Dari kejauhan, pengunjung di bagian bawah akan melihat huruf-huruf yang tersusun dengan rapi, namun kolom kanan dan kiri dari setiap paragraf tersebut dipisahkan dengan garis yang cukup tebal. Jahitan buku tersebut terlihat dari kejauhan, benang-benang yang menyusun kertas tersebut.
Persebaran Bahasa Dayak Ngaju
Alkitab Bahasa Dayak Ngaju, dalam Wíkípedìa, merupakan Alkitab yang diterjemahkan ke dalam bahasa Dayak Ngaju yang digunakan di Provinsi Kalimantan Tengah dan bagian tenggara Kalimantan, Indonesia. Bahasa Dayak muncul dalam tiga dialek menurut daftar milik the Bible Society. Dialek Ngaju diucapkan penduduk di daerah tenggara Kalimantan, sementara itu dialek Sea Dayak (Dayak Laut) dipakai di daerah Sarawak, dan dialek Land Dayak (Dayak darat) atau Beta dipakai di daerah Sarawak.
Dalam catatan Wíkípedìa bahasa Dayak Ngaju merupakan bahasa ibu bagi warga suku Dayak Ngaju yang mendiami provinsi Kalimantan Tengah. Suku ini menempati wilayah di sekitar Sungai Kapuas, Kahayan, Katingan, Mentaya, Seruyan, dan Barito. Jumlah penuturnya lebih dari 1.000.000 orang.
Ngaju secara administratif merupakan suku baru yang muncul dalam sensus tahun 2000 dan merupakan 18,02 persen dari penduduk Kalimantan Tengah. Sebelumnya suku Ngaju tergabung ke dalam suku Dayak dalam sensus tahun 1930.
Penerjemah Bahasa Dayak Ngaju
Dalam Wíkípedìa, terdapat keterangan tentang beberapa penerjemah yang berkontribusi bagi persebaran Alkitab bahasa Dayak Ngaju, antara lain, Johann Friedrich Becker, August Friedrich Albert Harderland, Timotheus Marat, Nikodemus Tomonggong Joyo Negoro.
Perjanjian Baru bahasa Dayak Ngaju diterjemahkan oleh Johann Friedrich Becker dan Friedrich Albert Hardeland dari Rhenish Missionary Society, dipublikasikan dalam dialek Ngaju pada tahun 1846. Mereka dibantu seorang Dayak, Timotheus Marat, dan Kitab Perjanjian Baru itu dipublikasikan Netherlands Bible Society pada 1858.
Banyak misionaris dari “Society for the Propagation of the Gospel” memproduksi versi-versi Injil dari tiga dialek awal, dan seluruh Perjanjian Baru pada dialek berikutnya. Kitab ini dipakai secara ektensif dengan penyalur British and Foreign Bible Society.
Pada tahun-tahun 1850an di Kalimantan Selatan, Herdeland rajin menerjemahkan Perjanjian Lama dari bahasa aslinya (bahasa Ibrani). Sementara itu Timotheus Marat rajin menerjemahkan Perjanjian Lama dari versi Leijdecker (Bahasa Melayu Tinggi). Kedua terjemahan itu kemudian dibandingkan, pasal demi pasal. Setelah disatukan, versi bahasa Ngaju itu diuji dengan jalan dipakai oleh anak-anak Dayak di sekolah. Lalu Nikodemus Tomonggong dan Harderland melakukan revisi yang terakhir.
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...