Kolera Renggut Nyawa 12 Warga Somalia
MOGADISHU, SATUHARAPAN.COM – Sedikitnya 12 warga Somalia meninggal dunia akibat kolera, dan 60 warga lainnya menjalani perawatan akibat diare di wilayah Jubba, Somalia bagian Selatan.
“Sebanyak 11 warga meninggal karena wabah tersebut di distrik Sakow sementara satu orang meninggal dunia di Bu’ale,” kata Menteri Kesehatan Somalia, Hawo Hassan Mohamed, di Mogadishu, seperti diberitakan Xinhua hari Sabtu (23/4).
Hawo mengemukakan para pasien masih menerima penanganan medis di Sakow. Hawo menambahkan pemerintah akan melakukan upaya maksimal penanggulangan kolera. “Saat ini situasi mengkhawatirkan karena kami dari kementerian sulit memasuki wilayah tersebut,” kata Hawo.
Beberapa waktu lalu – menurut Xinhua – bencana kekeringan El Nino yang melanda Somalia, dan kemudian disusul dengan banjir besar di awal Februari 2016. Pada periode tersebut diperkirakan banyak warga Somalia melakukan perpindahan dari satu tempat ke tempa lainnya tanpa menjaga kebersihan, akibatnya selain kolera ada beberapa penyakit lainnya antara lain tifus dan diare.
“Kami harus memastikan apakah ada sumber mata air yang dikonsumsi sudah tercemar,” kata Hawo.
Dalam catatan organisasi Perserikatan Bangsa-bangsa untuk masalah pendidikan dan anak-anak (UNICEF) pada Januari 2011, di Somalia pernah terjadi lebih dari 43.000 kasus kolera yang mengakibatkan lebih dari 710 kematian.
Catatan Unicef menyebut daerah yang terkena dampak terburuk adalah wilayah Banaadir, Shabelle dan Juba, yang menyebut pernah terjadi 57 kasus kolera.
“Biasanya kolera disebabkan oleh sanitasi yang sangat buruk, dan air yang terkontaminasi," kata Osamu Kunii, Kepala Divisi Pembangunan Kelangsungan Kehidupan Anak UNICEF wilayah Somalia.
Ghana Terlanda Kolera
Wabah kolera tidak hanya melanda Somalia, beberapa waktu lalu seperti dilaporkan Xinhua, Kementerian Kesehatan Ghana menyatakan waspada kolera karena satu kasus telah ditemukan di negara tersebut, menurut keterangan resmi kementerian, hari Jumat (15/4).
Deputi Kementerian Kesehatan Ghana, Victor Bampoe mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap wabah tersebut lebih lanjut, terlebih menjaga sarana prasarana kebersihan.
“Mengingat hujan saat ini turun lebih sering, dan beberapa kota (di Ghana, red) kemungkinan tergenang banjir, akan ada resiko kolera yang sangat tinggi,” kata Bampoe.
Wikipedia mendefinisikan kolera (juga disebut Asiatic cholera) sebagai penyakit menular di saluran pencernaan yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae. Bakteri masuk ke dalam tubuh melalui air minum yang terkontaminasi oleh sanitasi yang tidak higienis atau dengan memakan ikan yang tidak dimasak benar.
Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) – dikutip dari situs berita Ghana Web pada 2014 – mencatat di Ghana kolera menjadi penyebab kematian sebanyak 247 kasus yang terjadi hampir di sepuluh wilayah negara tersebut dengan 70 persen kasus penyakit kolera terjadi di ibu kota Ghana, Accra.
Terakhir kali Ghana menderita wabah tersebut terjadi pada 1982. Tanda-tanda wabah kolera berada di dinding setelah hujan lebat, dan bau tidak sedap dari sampah. (xinhuanet.com/unicef.org/wikipedia.org/ ghanaweb.com).
Editor : Bayu Probo
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...