Komunitas Yahudi di Guatemala Diusir Warga
GUATEMALA, SATUHARAPAN.COM – Beberapa bulan setelah pindah dari Kanada ke daerah terpencil Guatemala untuk menemukan kebebasan beragama, sekelompok orang Yahudi ultra-ortodoks kini telah dipaksa untuk meninggalkan rumah mereka dalam konflik sengit dengan penduduk desa setempat.
Komunitas Lev Tahor tersebut mengemas tas mereka pada Jumat (29/8) di San Juan la Laguna sekitar 150 km barat dari Kota Guatemala untuk naik bus menuju ibu kota setelah seminggu berkonflik dengan warga setempat.
Sesepuh Dewan Kota ini pekan lalu memaksa kelompok Yahudi tersebut untuk pergi karena beberapa penduduk mengatakan bahwa anggota Yahudi tersebut telah menganiaya penduduk asli dan wisatawan di daerah tersebut, lapor AFP.
Pelecehan secara verbal tersebut telah membuat orang Yahudi dari kelompok Lev Tahor yang sangat ketat dalam beragama dipaksa keluar oleh penduduk setempat dan bentrok dengan pihak berwenang.
Lev Tahor didirikan oleh Israel Shlomo helbrans pada tahun 1980. Kelompok ini merupakan Yudaisme garis keras dan dicap sebagai sekte pengkultusan.
Helbrans menolak untuk diwawancarai, tapi pemimpin lain Lev Tahor di San Juan, rabi Uriel Goldman memberikan penjelasan tentang kelompok tersebut.
Goldman menegaskan sebagian besar penduduk desa Guatemala yang semula ramah terhadap kelompok itu berubah karena adanya agresif minoritas yang dimotivasi oleh politik lokal.
“Saya tidak mengerti mengapa mereka tidak menginginkan kami, kami tidak melakukan hal yang buruk di sini,” kata Goldman.
Ultimatum
Menurut Goldman, Dewan Sesepuh mengeluarkan ultimatum kepad Lev Tahor dengan mengancam akan memutus fasilitas air dan listrik jika mereka tidak pergi.
“Mereka juga memberi peringatan kepada kami bahwa mereka akan menyingkirkan kami dari desa dengan kekerasan,” kata dia.
Miguel Vasquez Cholotio, seorang anggota dewan mengatakan kepada penduduk desa untuk mengusir kelompok tersebut karena mereka tidak pernah menyapa atau memiliki kontak fisik dengan penduduk setempat.
“Kami merasa terintimidasi dengan mereka saat berada di jalan. Kami takut mereka akan mengubah agama dan adat istiadat kami di sini,” kata dia.
Dalam kehidupan sehari-hari Lev Tahor, menghindari perangkap teknologi seperti televisi dan komputer sangat penting dalam agama.
Mereka menolak negara Israel karena melihat orang-orang Yahudi seperti orang yang terasing dan Lev Tahor berharap menemukan tanah di tempat lain di Guatemala untuk membangun 30 rumah untuk memukimkan kembali 200 anggota masyarakat yang terasing.
Sekitar 60 anggota kelompok meninggalkan San Juan pada malam hari kemudian sisanya akan diatur untuk pergi dari daerah tersebut.
Editor : Bayu Probo
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...