Konferensi Islam di Prancis Diinterupsi Kehadiran Perempuan Telanjang
PARIS, SATUHARAPAN.COM – Dua perempuan ditangkap setelah membuka pakaian dan memamerkan buah dada mereka di podium pada sebuah koferensi Islam yang kontroversial di Pontoise, dekat kota Paris. Konferensi yang berlangsung akhir pekan lalu itu, membahas tentang peran perempuan menurut agama Islam.
Dua perempuan tersebut diketahui adalah aktivis Femen, sebuah kelompok feminis radikal yang berbasis di Ukraina, yang anggotanya juga pernah tampil telanjang untuk memprotes kehadiran Paus. Kelompok ini juga pernah membakar bendera ISIS.
Menurut Inna Shevchenko, juru bicara Femen, anggota mereka merangsek maju ketika dua pembicara fundamentalis sedang mendiskusikan pertanyaan, "Apakah seorang istri layak dipukuli atau tidak."
Dua aktivis itu, masing-masing berusia 25 dan 31 tahun, maju ke depan dan melompat ke panggung seraya melepas jubah bergaya Arab mereka. Salah seorang diantaranya tubuhnya ditulisi slogan "Tidak ada yang menguasai saya." .Perempuan lainnya, tubuhnya ditulisi, "Saya adalah nabi bagi diri saya sendiri".
Aktivis itu meraih mikrofon dan meneriakkan slogan-slogan feminis dalam bahasa Prancis dan Arab sebelum mereka ditangkap dan dibawa dari panggung oleh sekitar 15 laki-laki untuk diserahkan kepada polisi. Rekaman video insiden tersebut menunjukkan seorang pria tampaknya menendang salah satu wanita.
Menurut Shevchenko, sebagaimana dikutip oleh The Telegraph, ketika mereka melakukan aksinya, beberapa orang di arena konferensi berteriak "Pelacur kotor" dan "Bunuh mereka".
Shevchenko mengucapkan terima kasih kepada polisi yang melindungi dua wanita tersebut, yang sempat ditahan. Mereka dibebaskan setelah diinterogasi oleh pihak berwewenang, yang mengatakan mereka akan terus menyelidiki apa yang terjadi. Penyelenggara konferensi mengatakan mereka akan mengajukan tuntutan terhadap aktivis tersebut.
Protes terhadap konferensi itu sebetulnya tidak hanya datang dari dua aktivis. Lebih dari 6.000 orang menandatangani petisi online menentang konferensi yang menghadirkan pembicara-pembicara fundamentalis tersebut.
Konferensi itu digambarkan sangat konservatif dalam memandang perempuan. Dalam konferensi, belanja dan memasak dicitrakan sebagai kegiatan kaum perempuan yang layak. Salah satu pembicara di konferensi itu dilaporkan telah memposting seruan di media sosial yang mengatakan agar perempuan menutupi wajah mereka atau mereka akan diganjar api neraka dan kekerasan seksual di akhirat.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...