Konservasi Hewan untuk Tarik Wisatawan
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM -- Cara untuk melestarikan hewan dapat dilakukan dengan banyak hal. Salah satu cara terlazim yang dilakukan adalah upaya konservasi hewan. Cara ini selain ampuh untuk melestarikan beberapa hewan yang terancam punah, juga bisa dikembangkan lebih jauh lagi. Salah satunya adalah menjadikan wilayah konservasi sebagai destinasi wisata.
Di Yogyakarta, kawasan konservasi hewan memang belum banyak. Jika ada sekalipun, maka ruang untuk mengembang menjadi destinasi wisata masih sangat terbatas. Padahal potensi para wisatawan untuk datang ke tempat konservasi sangat besar. Hal ini ditunjukan dengan banyaknya wisatawan asing yang berkunjung ke Pasar Satwa dan Tanaman Hias (PASTI) di Yogyakarta.
“Pasar burung saja pengunjung asingnya banyak, apalagi itu suatu saat bisa jadi tempat penangkaran atau yang bisa menarik lebih banyak wisatawan,” ujar Sulanjari, Staf Analisa Pasar Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang ditemui saat pembukaan Pameran Foto dan Artikel Konservasi “See and Save “ pada Sabtu (17/10) di Aula Dinas Pariwisata DIY, Jalan Malioboro.
Pada ruang konservasi ini, sisi komersialisasi, yang kemudian berkembang menjadi sebatas tontonan laiknya kebun binatang, memang harus dipinggirkan. Destinasi wisata yang bertolak dari konservasi, harus berupa penangkaran alami, bukan hewan yang sengaja dibeli atau didatangkan dari tempat lain.
“Di Yogyakarta belum banyak ruang untuk pengamatan burung, baik burung liar maupun burung di tempat penangkaran terbatas. Mudah-mudahan suatu saat ada awal untuk membuat tempat-tempat penangkaran burung atau penangkaran hewan lain yang bertujuan untuk konservasi, bukan untuk tontonan atau komersialisasi, misalnya di hutan Wanagama atau hutan kecil di Universitas Gajah Mada (UGM),” tambah Sulanjari.
Terkait dengan pameran foto dan artikel sebagai upaya untuk melestarikan satwa, Sulanjari memiliki pandangan tersendiri. Dari sisi pariwisata, foto satwa yang menjadi salah satu alat dokumentasi sebenarnya bisa menjadi pintu masuk bagi seseorang untuk mencari lokasi keberadaan satwa tersebut. Inilah yang seharusnya ditangkap untuk mengembangkan destinasi pariwisata berbasis konservasi. Pasalnya, Yogyakarta memiliki cukup potensi terkait dengan keberadaan satwa langka, sebut saja Elang Jawa yang telah ditetapkan sebagai satwa yang dilindungi.
“Pada dasarnya ini bisa jadi salah satu tourist destination, baik untuk pelestarian satwa maupun foto satwa itu sendiri setelah didokumentasikan. Artinya untuk orang yang tertarik, dia bisa datang ke tempat konservasi itu sendiri,” jelas Sulanjari.
Pameran Foto dan Artikel Konservasi “See and Save “ digelar selama dua hari 17-18 Oktober. Selain foto-foto tentang satwa, pameran ini juga menampilkan berbagai artikel tentang konservasi satwa pada khususnya dan lingkungan pada umumnya. Selain pameran, dalam acara ini juga diadakan diskusi bertema “Eksistensi Satwa Liar Sebagai Hewan Peliharaan”.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Puluhan Anak Muda Musisi Bali Kolaborasi Drum Kolosal
DENPASAR, SATUHARAPAN.COM - Puluhan anak muda mulai dari usia 12 tahun bersama musisi senior Bali be...