Korban Meninggal di Suriah 136.000 Orang
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM - Lebih dari 136.000 orang meninggal sejak dimulainya konflik Suriah pada Maret 2011 dan Januari 2014 merupakan salah satu dari bulan yang penuh dengan pertumpahan darah.
Hal itu diungkapkan oleh sebuah lembaga swadaya masyarakat, Syrian Observatory for Human Rights, Sabtu (1/2).
Kelompok pemantau yang berpusat di Inggris itu mengatakan jumlah korban meninggal saat ini setidaknya mencapai 136.277 orang.
Sebanyak 47.998 warga sipil merupakan bagian dari korban meninggal dan lebih dari 7.300 lainnya adalah anak-anak, kata kelompok itu.
"Januari merupakan salah satu dari bulan yang paling banyak diwarnai dengan pertumpahan darah sejak konflik mulai berlangsung," kata direktur Observatory Rami Abdel Rahman.
"Kami dari Syrian Observatory for Human Rights akan terus mendesak semua pihak di tingkat internasional agar melakukan tugas kemanusiaan dan moral mereka untuk melancarkan tekanan agar berkas Suriah diserahkan kepada Pengadilan Kejahatan Internasional," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan.
Observatory mengatakan pihaknya mengupayakan diwujudkannya "pengadilan bagi para pembunuh rakyat Suriah, dan mereka yang bekerja sama (para pembunuh itu)."
Catatan terakhir yang dikeluarkan Observatory soal jumlah korban pada akhir Desember menyebutkan jumlah korban meninggal mencapai 130.433 orang.
Namun, pertempuran sengit antara para gerilyawan dan rezim serta antara gerilyawan dan kelompok-kelompok jihadis, telah menyebabkan hilangnya nyawa hampir 6.000 orang sejak akhir Desember.
Kelompok pemantau itu mengatakan setidaknya 31.629 gerilyawan oposisi, termasuk lebih dari 8.000 jihadis, juga tewas sejak konflik muncul.
Di pihak pemerintah, sebanyak 53.167 tentara dan milisi tewas, demikian pula dengan 271 anggota gerakan Syiah Lebanon, Hisbullah, serta 338 anggota brigade-brigade Syiah lainnya yang bertempur bersama pemerintah.
Jumlah korban meninggal termasuk 2.824 orang yang tidak teridentifikasi namun kasus kematiannya didokumentasikan oleh Observatory.
Kelompok itu mengatakan jumlah korban yang meninggal sebenarnya bisa lebih tinggi dibandingkan yang sudah tercatat sejauh ini.
Konflik berdarah Suriah dimulai pada Maret 2011 dengan diawali berlangsungya unjuk rasa damai antipemerintah.
Rezim Presiden Bashar al-Assad melakukan penumpasan terhadap para pengunjuk rasa dan oposisi kemudian melakukan perlawanan dengan mengangkat senjata. Konflik itu telah berkembang menjadi perang saudara berdarah.
Kelompok-kelompok pendukung hak asasi manusia menuduh kedua belah pihak telah melakukan kejahatan perang. (AFP)
Enam Manfaat Minum Air Putih Usai Bangun Tidur
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Terdapat waktu-waktu tertentu di mana seseorang dianjurkan untuk me...